Hai kakak pilot selamat pagi, atau
selamat siang, atau selamat malam. Disana sedang musim apa kak? Penghujan,
semi, gugur atau kemarau? Atau mungkin sekarang sedang turun salju? Disana pasti indah ya kak.
Kalau boleh berbincang sedikit aku belum pernah melihat salju. Mungkin kalau
aku sudah cukup dewasa dan sudah bisa menghasilkan uang sendiri , aku akan bisa
menyaksikan salju dengan mata kepalaku sendiri.
Perasaan kagum ini mulai muncul
saat kakak mempersilahkan aku duduk pada sore yang cerah di lapangan Villa Delima Cinere. Mulai saat itu aku terus memperhatikan kakak. Baik saat
pertandingan atau saat istirahat. Suara
berat kakak, kulit putih kakak, tatapan mata kakak, seakan menghipnotisku untuk
sepersekian menit.
Aku tidak tau makhluk apakan yang
ada di sampingku saat ini. Begitu indah. Tapi aku sadar diri kok, perasaan ini
gak akan lebih dari perasaan kagum. Ya karena aku tau aku gak pantes buat
kakak, kita beda kasta. Aku jelek, dekil, kummel, miskin beda dengan kakak,
kakak ganteng, anak komplek MPR, pilot amerika. Ibarat bumi dengan langit kak.
Tapi aku senang berteman sama
kakak, walaupun kakak punya segalanya kakak gak pernah sombong. Kakak baik,
ramah, sopan, dan rendah hati. Pertemuan kita emang singkat, tapi itu buat aku
terkesan.
Kalau libur jangan lupa main bola
lagi kesini yak kak, aku pengen liat cara kakak ngocek, memberi assist, dan
ngegolin ke gawang lawan. Aku juga pengen liat cara kakak ketawa, ngeledek tim
bola yang kalah, tidur-tiduran di tenggah lapangan waktu adzan magrib
berkumandang. Aku pengan liat itu lagi kak.
Yaudah aku cuma mau nulis itu aja.
Selamat jalan kakak pilot amerika, kembalilah kesana dan raihlah apa yang ingin
kakak raih dan jangan lupa untuk pulang ke tempat kakak berasal. Jaga diri dan
kesehatan mu disana ya kak. Disini pengangum rahasiamu menunggu dengan setia
kepulangmu. Entahlah apa kita bisa bertemu kembali atau tidak. Hanya Tuhan yang
tau. Selamat jalan kakak pilot. J
Dari anak kecil yang
diam-diam menjadi pengagum rahasiamu.