Rabu, 23 Juli 2014

Bulan Juni-Juli memang bulannya pesta demokrasi. Kalau beda ya jangan pada sensi. Aku dengan pilihanku, kamu dengan pilihanmu. Kita semua punya hak untuk memilih dan menentukan pilihan.

Satu atau dua itu memang penting. Kemeja putih atau kotak-kotak itu juga hak pilih masing-masing. Perbedaan memang indah, tapi lebih indah lagi persatuan.

Lupakan nomer satu, lupakan nomer dua mari kita kembali kepada pancasila di nomer tiga yaitu persatuan Indonesia. Marilah menjadi bangsa yang cerdas. Siapa pun pemimpinnya pasti akan bekerja yang terbaik untuk Indonesia.

Kamis, 17 Juli 2014

Ketika kepercayaan sudah dihianati, pasti sangat sulit untuk mempercayai kembali. Maaf mungkin sudah didapatkan tapi apa bisa menghapus luka penghianatan...?

Sabar dan maaf memang dua hal yang tanpa batas. Tapi sebagai manusia bisa saya memiliki porsi dan batasan. Sabar seperti apa yang harus diberikan dalam keadaan seperti ini? Maaf yang bagaimana yang bisa menangulangi rasa sakit ini?

Setiap manusia pasti menginginkan sifat sabar tanpa batas yang dimiliki nabi, saya pun begitu. Tapi sekali lagi saya sebagai manusia bisa mempunyai porsi dan batasan.

Hana Larasati.

Rabu, 16 Juli 2014

Saya tidak tau perasaan ini apa namanya. Ada rasa gelisah yang mengelayuti hati. Rasa yang saya sendiri bingung untuk menerjemahkannya.
Saya tidak tau apakah ini sebuah alarm hati saya untuk memberi tau tentang firasat buruk atau hanya su'udzon saja.
Belajar dari pengalaman, saya takut untuk menebak-nebak. Saya takut apa yang saya khawatirkan ternyata tidak sejalan dengan kenyataan, dan malah akan menimbulkan fitnah.
Saya pernah baca "Allah sebagaimana prasangka hambanya." Jadi yang bisa saya lakukan saat ini adalah berhusnuzon kepada Allah Swt semoga apa yang saya prasangkakan tidak menjadi kenyataan. Aamiin.

Senin, 14 Juli 2014

Jeritan Seorang Anak Palestina

Ketika sebagian dari penduduk bumi menikmati sajian berbuka puasa, hatiku getir mendengar tembakan yang beradu dibumi Palestina. Disaat seluruh muazin mengumandangkan azan dengan merdu, yang ku dengar hanya lolongan teriakan kesakitan yang menyayat-nyayat kalbu. Ketika semua orang berbondong-bondong menuju masjid, pada saat yang sama para mujahid berbondog-bondong menuju medan perang.

Berapa banyak lagi manusia yang ingin kalian musnahkan? Berapa banyak lagi jiwa-jiwa suci yang harus dikorbankan? Berapa banyak lagi air mata yang ingin kalian tumpahkan?

Lihatlah ketidak berdayaan lansia itu. Lihatlah air mata anak-anak ini. Jangan mereka yang jadi korban. Aku mohon jangan. Apa belum cukup roket-roketmu yang memporak-porandakan negri kami? Apa belum puas menyiksa kami dengan senjata kimia ini?

Ya Rabb, Engkaulah Yang Maha Kuasa, Engkaulah Yang Maha Esa. Ya Rabb, dibulan yang penuh berkah ini jangan biarkan negri kami hancur di tangan orang-orang jahanam itu. Berilah keajaiban kepada negri kami, semoga ketegangan ini cepat berakhir supaya tak ada lagi korban yang berjatuhan. Ya, Rabb kabulkanlah doaku. Aamiin.

Hana Larasati

Minggu, 13 Juli 2014

Ketika Perpisahan Hadir

Perpisahan memang sangat menyakitkan. Ketika hati dituntut untuk berusaha merelakan sesuatu yang sudah terbiasa dan sangat dicintai, itu suatu kerumitan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Tapi bukan berarti perpisahan membuat hubungan silahturahmi terputus. Yang menjadi persoalan kita tidak bisa memaafkan karena kita belum rela untuk melepaskan.

Kita harus sepenuhnya sadar bahwa apa pun yang kita punyai di alam semesta ini sebetulnya bukan milik kita. Kita hanya dititipi dan pemiliknya bisa saja mengambil kapan pun yang dia mau.

Ketika menjalin hubungan pasti berawal dengan baik-baik, tapi kenapa setelah selesai semuanya terbalik? Kenapa tidak kita ciptakan suasa seperti diawal, semua serba baik-baik? Apa sakit hati itu masih ada? Jika iya, maafkan lah. Allah sangat mencitai orang-orang yang pemaaf.

Sabtu, 12 Juli 2014

Benarkah perempuan hanya menjadi sosok di mana berlabuh semua luka dan derita ...?
Saat kebenaran terkuak, memang menyakitkan.
Begitu menyakitkan hingga kamu bisa kehilangan akal sehat dan tidak melakukan apa-apa
yang sebenarnya bisa kamu lakukan untuk merubah hidup kamu ...

Sebuah Prasangka



Dalam hidup,mungkin kita sering mendapat kan semacam firasat mengenai sesuatu kejadian yang tidak mengenakan,baik itu yang sedang terjadi atau yang akan terjadi. Masalah nya sering kali kita kebingungan bagaimana membeda kan antara firasat buruk mengenai seseorang dengan su'udzon,atau prasangka buruk.

Mengenai hal itu,sesungguh nya dalam surat Al-Hujura, ayat 12 Allah SWT berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari prasangkaan(Zhan) karena sesungguh nya sebagian dari prasangkaan itu merupakan dosa."

Dengan demikian, jelas bahwa Allah memerintahkan kita untuk menjauhi kebanyakan prasangka dan tidak mengatakan prasangka kita tersebut pada orang lain agar tidak menjadi fitnah karena bisa jadi kita tergelincir pada dosa karena telah bersu'udzon pada orang lain dan mengajak orang lain bersu'udzon dan memfitnah seseorang.

Oleh karena itu,sebaik nya kita tidak dengan mudah mempercayai firasat atau prasangkaan kita, sebelum kita benar-benar meneliti lebih jauh kemungkinan kebenaran nya. Semoga kita semua senantiasa dijauhkan dari firasat yang dapat menimbulkan fitnah dan perpecahan tali silahturahmi diantara kita. Amin.

Man Shabara Zhafira



Bukan sabar yang berbatas tapi pengendalian diri untuk tetap istiqomah yang menjadi “batasan” dari sabar. Karena pada hakikatnya sabar itu tidak pernah berbatas. Sabar adalah kerelaan hati untuk menerima pahit manis rencana Tuhan. Ketika hati belum sepenuhnya rela maka sabar pun belum sepenuhnya didapatkan.

Kenapa sih sabar itu susah? Karena  janji Allah untuk orang-orang yang sabar adalah syurga. Bukankah untuk mendapatkan sesuatu yang bagus diperlukan usaha yang besar dan melewati proses yang sulit?

“Sesungguhnya pahala yang besar itu, bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka pula yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah [146])

Sabar juga adalah sebagai indikasi pengendalian diri. Mampukah seseorang mengendalikan dirinya ditengan sebuah tekanan. Bersabar juga melatih kita untuk selalu bersyukur dan berpikir positif atas semua rencana Allah. Melatih kita untuk mensyukuri setiap nikmat yang telah Allah berikan.

Tapi tidak munafik kita sebagai manusia biasa pasti akan mengalami suatu titik dimana kesabaran seakan sudah berada di ujung tanduk. Ketika saat itu datang ingatlah firman Allah dalam surat Al-Baqarah.

”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS Al Baqarah [2] : 286).

Seperti sebuah kata dari pepatah Arab “Man Shabara Zhafira”  barang siapa yang bersabar maka dia akan beruntung.

Rabu, 09 Juli 2014

Ketika Luka Lama Terungkit Kembali.



Rasa sakitnya masih sama, begitu juga lukanya, masih menganga jelas dihati. Aku bukan tipe orang yang pendendam. Aku sudah memaafkan apa yang terjadi sebelumnya, tapi untuk melupakan;  aku rasa itu butuh waktu.

Belajar untuk berbaik sangka setelah apa yang terjadi? Maaf, aku masih sulit untuk melakukannya tapi akan terus ku coba. Kamu tau rasanya ketika luka itu terungkit lagi? Aku mau mengikhlaskan, aku mau merelakan, aku mau melupakan, tapi aku tidak tau bagaimana caranya.

Kamu selalu bilang aku harus seperti kamu, mengangap yang sudah ya sudah berlalu. Mungkin mudah untukmu, karena kamu gak tau gimana sakitnya. Coba aja luka mu itu seperti luka ku.

Rasa sakit itu bukan pertanda lemah, melainkan itu adalah rasa spontanitas ketika keinginan tak sejalan dengan kenyataan. Aku selalu percaya setiap air mata yang jatuh, akan Tuhan ganti dengan kebahagiaan yang sangat banyak.


Apa Ada Cinta yang Lebih Tulus dari Cintanya?



Kekuatan seorang anak terletak pada ibunya, dan kekuatan seorang ibu terletak pada hatinya. Ketika hati seorang ibu  runtuh maka runtuhlah kekuatan anak-anaknya. Keluarga, diibaratkan seperti sebuah bangunan dan ibu adalah pilar pokok penopang bangunan itu agar tetap berdiri .

Sosok seorang ibu bisa disebut malaikat tanpa sayap. Dalam tubuh rentanya, dan wajah lelahnya Ia tetap tersenyum ikhlas dan selalu berjuang untuk kebahagiaan keluarganya. Apa pun akan dia lakukan demi melihat keluarganya tersenyum bahagia.

Ibu adalah wanita yang setia. Dalam keadaan sesusah apa pun tak pernah sedetik pun terbesit pemikiran untuk meninggalkan keluarganya. Bahkan dia salah satu yang terus berjuang mengusahakan apa yang masih bisa diusahakan demi satu tujuan.

Cita-cita seorang ibu itu sederhana, melihat anak-anaknya sukses, suaminya bahagia, keluarganya utuh dan rukun. Permintaan seorang ibu juga tidak pernah muluk-muluk, ibu hanya minta diingat ketika anaknya sudah dewasa, dirawat ketika raganya mulai renta, dan diperhatikan ketika ingatannya tidak seperti semula.

Ibu adalah salah satu anugrah terindah yang dititipkan Allah untuk dihargai, dijaga, dan dihormati. Apa ada cinta yang lebih baik dari cintanya? Ya Rabb, berkahilah segala upayanya, ridoilah setiap langkahnya, dan karuniakanlah kekuatan dalam dirinya. Aamiin.



Jumat, 04 Juli 2014

Berbaik Sangka



Pernahkah kita merencanakan sesuatu hal tetapi ternyata kita tidak bisa melakukannya? Sebut saja, ketika kita hendak pergi ke suatu tempat. Namun, kita tak bisa pergi ke tempat yang sudah kita rencanakan.

Bagaimanakah perasaan kita setelah mengalaminya? Apakah akan marah kepada diri sendiri ataukah kita tetap berbaik sangka pada kondisi yang telah menimpa diri.

Masih ingatkah dengan sebuah kisah seorang pemuda yang hendak pergi keluar kota? Pada saat itu dilaksanakan acara liburan bersama teman-teman kerjanya. Namun, karena suatu masalah dia tak mengikuti acara liburan itu. Padahal, sebelumnya dia sudah menanti-nanti masa rekreasi untuk melepaskan lelah akibat banyak pekerjaan yang telah dia selesaikan.

Pemuda tersebut sempat kecewa pada dirinya sebab tak bisa mengabulkan keinginan dia untuk bisa bersenang-senang bersama teman-teman sekerja. Hampr-hampir dia mencaci maki dirinya karena tak kuasa menghadapi masalah yang menimpa dirinya.

Keesokan harinya, salah satu stasiun televisi menanyangkan berita tentang tabrakan yang terjadi di perbatasan kota. Tabrakan yang mengakibatkan para penumpang bis dan mobil terluka parah yang dialami oleh teman-teman dia yang kemarin sore berangkat untuk berlibur.

Subhanallah itulah kuasa-Nya. Terlirihlah dia mengucapkan syukur atas kejadian yang tidak dia alami. Bagaimana jadinya jika kemarin dia juga ikut bersama-sama pergi. Mungkin, dia pun akan mengalami luka parah sama seperti halnya teman-temannya.

Begitulah cara Dia menunjukkan kebesaran-Nya dan kekuasaan-Nya atas berbagai hal yang ada di muka bumi ini. Manusia hanya bisa berencana tetapi Dialah Sang Penentu atas rencana-rencana yang telah dibuat makhluk-Nya.

Manusia berusaha membuat rencana-rencana yang indah untuk dilaluinya. Tapi, seindah-indahnya rencana yang dibuat oleh manusia. Ternyata, lebih indah lagi rencana yang telah ditentukan-Nya.

Pada sebuah hadits Qudsi, Rasulullah menjelaskan tentang prasangka manusia yang berbunyi,

“Sesungguhnya Allah berfirman: “Aku sebagaimana prasangka hambaku kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku”(HR.Turmudzi)

Apabila prasangka manusia kepada Sang Kholiq buruk, maka Sang Kholiq pun akan menurunkan keburukan kepada diri manusia tersebut. Sebaliknya, apabila manusia berprasangka baik kepada-Nya, maka kebaikan akan terlimpahkan kepada manusia yang berpikir positif tersebut.

Prasangka manusia itulah yang akan menjadi kenyataan. Maka dari itu, kita dianjurkan untuk selalu berprasangka baik terdapat setiap kejadian yang telah dialami. Yakinlah, setiap peristiwa yang terjadi mengandung hikmah yang kadang kala tak semua orang mampu menterjemahkannya.

Seburuk apapun kejadian yang menimpa diri manusia, pasti ada hikmah dan nilai-nilai kebaikan yang tersirat di dalamnya, lewat prasangka baik, kita berusaha memahami dan memikirkan sejenak mutiara-mutiara pesan nan indah yang tersirat pada setiap kejadian.

Manusia tak pernah lepas dari kejadian buruk ataupun baik. Kehidupan selalu berputar, kadang kala mengalami peristiwa baik, ada kalanya pula mendapati kejadian yang buruk. Tapi, manusia tetap diperintahkan untuk berbaik sangka kepada-Nya. Apapun kejadiannya, tetap berbaik sangka kepada-Nya.

Dengan berbaik sangka, hati manusia akan terasa tenang dan tentram melihat berbagai peristiwa yang menimpa dirinya. Sebaliknya, apabila berburuk sangka dengan sebuah peristiwa, hati manusia akan gelisah dan tidak terkontrol akibat masukan-masukan buruk yang berkeliaran di hati dan pikiran.

Kejadian buruk apabila dihadapi dengan prasangka buruk maka akan bertambah buruk pula hasil yang akan diperoleh. Bahkan, akan memperburuk keadaan ketika dihadapi dengan prasangka buruk.

Kejadian buruk apabila dihadapi dengan prasangka baik maka kejadian tersebut sedikit demi sedikit akan terselesaikan dan mereda dengan sendirinya yang akan membuat hati dan pikiran akan lebih tenang.

Kegelisahankah atau ketenangankah yang diharapkan? Jikalau, kegelisahan yang diharapkan maka hadapilah semua peristiwa yang buruk ketika menimpa diri ini dengan prasangka buruk. Tapi, jika sebaliknya, mengharapkan ketenangan maka hadapilah semua peristiwa buruk dengan prasangka baik yang akan berbuah ketenangan dan ketentraman hati bagi yang melaksanakannya.

Setiap orang memiliki takdir masing-masing yang tidak akan tertukar antara satu dengan yang lainnya. Takdir itulah yang harus dijalani oleh setiap insan untuk mengarungi kehidupan di dunia sebagai bekal menuju pengembaraan yang sejati di akhirat kelak.

Berkeluh kesah dan gelisah bukanlah salah satu cara untuk menyelesaikan dan menghadapi kejadian buruk yang meruntuhi diri ini. Setiap kejadian buruk yang terjadi bukan untuk diratapi dan ditangisi tapi untuk diambil pelajaran yang termuat di dalamnya, sebagai pelajaran hidup yang tak pernah ditemukan di sekolah atau kampus manapun.

Dengan berbaik sangka, semakin mendekatkan diri ini kepada-Nya yang akan berujung pada peningkatan taqwa demi mengharapkan keridhoan-Nya.

Manusia yang berburuk sangka, dia akan semakin jauh dengan-Nya, sehingga rahmat-Nya pun tak mau mengampiri. Wajarlah, jika rasa cemas, gelisah, kecewa dan berbagai rasa negatif lainnya berbondong-bondong menghampiri dirinya.

Mendekatkan dirikah atau menjauhkan dirikah yang ingin kita lakukan selama ini untuk menggapai surga-Nya?

Surga-Nya hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa yang selalu mendekatkan diri kepada Sang Pemiliki bumi, langit dan seisinya. Semoga dengan berbaik sangka menjadikan salah satu sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

“Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya.” (QS. Al-Ma’idah : 35)

www.fimadani.com