Bukan sabar yang berbatas tapi pengendalian diri untuk tetap
istiqomah yang menjadi “batasan” dari sabar. Karena pada hakikatnya sabar itu
tidak pernah berbatas. Sabar adalah kerelaan hati untuk menerima pahit manis
rencana Tuhan. Ketika hati belum sepenuhnya rela maka sabar pun belum
sepenuhnya didapatkan.
Kenapa sih sabar itu susah? Karena janji Allah untuk orang-orang yang sabar
adalah syurga. Bukankah untuk mendapatkan sesuatu yang bagus diperlukan usaha
yang besar dan melewati proses yang sulit?
“Sesungguhnya pahala yang
besar itu, bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai
suatu kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang
ridha maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka
pula yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam
as-Shahihah [146])
Sabar juga adalah sebagai indikasi pengendalian diri.
Mampukah seseorang mengendalikan dirinya ditengan sebuah tekanan. Bersabar juga
melatih kita untuk selalu bersyukur dan berpikir positif atas semua rencana
Allah. Melatih kita untuk mensyukuri setiap nikmat yang telah Allah berikan.
Tapi tidak munafik kita sebagai manusia biasa pasti akan
mengalami suatu titik dimana kesabaran seakan sudah berada di ujung tanduk. Ketika
saat itu datang ingatlah firman Allah dalam surat Al-Baqarah.
”Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS Al Baqarah [2] : 286).”
Seperti sebuah kata dari pepatah Arab “Man Shabara Zhafira” barang
siapa yang bersabar maka dia akan beruntung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar