Sabtu, 12 Juli 2014

Man Shabara Zhafira



Bukan sabar yang berbatas tapi pengendalian diri untuk tetap istiqomah yang menjadi “batasan” dari sabar. Karena pada hakikatnya sabar itu tidak pernah berbatas. Sabar adalah kerelaan hati untuk menerima pahit manis rencana Tuhan. Ketika hati belum sepenuhnya rela maka sabar pun belum sepenuhnya didapatkan.

Kenapa sih sabar itu susah? Karena  janji Allah untuk orang-orang yang sabar adalah syurga. Bukankah untuk mendapatkan sesuatu yang bagus diperlukan usaha yang besar dan melewati proses yang sulit?

“Sesungguhnya pahala yang besar itu, bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka pula yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah [146])

Sabar juga adalah sebagai indikasi pengendalian diri. Mampukah seseorang mengendalikan dirinya ditengan sebuah tekanan. Bersabar juga melatih kita untuk selalu bersyukur dan berpikir positif atas semua rencana Allah. Melatih kita untuk mensyukuri setiap nikmat yang telah Allah berikan.

Tapi tidak munafik kita sebagai manusia biasa pasti akan mengalami suatu titik dimana kesabaran seakan sudah berada di ujung tanduk. Ketika saat itu datang ingatlah firman Allah dalam surat Al-Baqarah.

”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS Al Baqarah [2] : 286).

Seperti sebuah kata dari pepatah Arab “Man Shabara Zhafira”  barang siapa yang bersabar maka dia akan beruntung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar