Rabu, 11 April 2018

Perempuan

Lentera hitam memancarkan gurat mencekam. Ronanya tak bernyawa pada waktu matahari tenggelam.

Diibaratkan kaca, lentera sudah hancur tak bersisa. Sianarnya terengut dalam kecaman diam hati yang temaram.

Disudut pintu ada kamu yang menanggis. Aku hanya tersenyum sambil memegang gagang pintu.

"Bagaimana sekarang?" Ucapmu dengan mata yang menahan air mata supaya tak tumpah berantakan.

Dia pernah bercahaya, indah sekali. Lalu perlahan mati, terpelanting disana-sini.

"Bagaimana sekarang?" Tanyanya sekali lagi.

Perempuan itu masih diam sambil mengengam gagang pintu.

Hatinya lelah, bagai anai-anai roboh terkena angin malam.

"Jangan pergi sekarang." Ucapnya menahan tangan yang siap membuka pintu..

Perempuan itu masih diam. Lelahnya tak tertahankan. Tidak ada alasan lagi untuk menetap. Semuanya sirna pupus dihapus ketidak tegasan.

"Tetaplah menetap!" Teriaknya saat perempuan itu sudah pergi dengan tegap. Semua terlambat.

8 September 2018

-Hana Larasati