Sabtu, 29 November 2014

Tuhanku…. Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintai-Mu, Kajian demi kajian tarbiyah kupelajari, untai demi untai kata para ustadz kuresapi,

Tentang cinta para nabi, tentang kasih para sahabat, tentang mahabbah orang shalih, tentang kerinduan para syuhada.

Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam, kutumbuhkan dalam mimpi idealisme, yang mengawang di awan.

Tapi Rabbi… Berbilang hari demi hari dan kemudian tahun berlalu, tapi aku masih juga tak menemukan, cinta tertinggi untuk-Mu, aku makin merasakan gelisahku memadai, dalam cita yang mengawang, sedang kakiku mengambang, hingga aku terhempas dalam jurang dan kegelapan.

Allahu Rahiim…. Illahi Rabbii…. perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku…. Perkenankanlah aku mencintai-Mu, sebisaku…. Dengan segala kelemahanku….

Illahi…. aku tak sanggup mencintai-Mu, dengan kesabaran menanggung derita. umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al-Mustafa. Karena itu ijinkan aku mencintai-Mu, melalui keluh kesah pengaduanku pada-Mu, atas derita batin dan jasadku, atas sakit dan ketakutanku.

Rabbii…. aku tak sanggup mencintai-Mu, seperti Abu Bakar, yang menyedekahkan seluruh hartanya dan hanya meninggalkan Engkau dan Rasul-Mu, bagi diri dan keluarganya. atau layaknya Umar, yang menyerahkan separuh hartanya demi jihad. atau Ustman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan Dien-Mu. Illahi…. aku tak sanggup mencintai-Mu, dengan khusyuknya shalat salah seorang sahabat nabi-Mu, hingga tiada terasa anak panah musuh terhujam di kakinya.

Karena itu Ya Allah…. perkenankanlah aku tertatih menggapai cinta-Mu, dalam shalat yang coba kudirikan dengan terbata-bata, meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.

Robbii…. aku tak dapat beribadah ala orang-orang shalih, atau bagai para al-hafidz dan hafidzah, yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta dengan-Mu, dalam satu putaran malam.

Perkenankanlah aku mencintai-Mu, melalui satu-dua rakaat shalat lailku, atau sekedar sunnah nafilahku, selembar dua lembar tilawah harianku, lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.

Yaa Rahiim…. aku tak sanggup mencintaiMu, semisal para syuhada yang menjual dirinya dalam jihad bagi-Mu

Maka perkenankanlah aku mencintai-Mu, dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwahMu, dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.

Allahu Kariim…. aku tak sanggup mencintai-Mu di atas segalanya, ijinkan aku mencintai-Mu dengan mencintai keluargaku, membawa mereka pada nikmatnya hidayah dalam naungan Islam, manisnya iman dan ketabahan. Dengan mencintai sahabat-sahabatku, mengajak mereka untuk lebih mengenal-Mu, dengan mencintai manusia dan alam semesta…

Perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku, Yaa Allah… Agar cinta itu mengalun dalam jiwa…. Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku...

Cinta dalam mihrab taat.

Jadikan cintaku Ya Allah berhenti atas titik ketaatan, meloncati rasa suka dan tidak suka. Kerana aku tahu mentaatiMu dalam hal yang tak kusukai adalah kepayahan, perjuangan dan bergelimang pahala.Karena seringkali ketidak sukaanku adalah bagian dari ketidak tahuanku.

Mungkin aku tidak bisa mencintaiMu layaknya syuhada yang menjual jiwa raganya untuk syahid dijalanMu. Aku hanya bisa mencintaiMu lewat ketakutanku dan kelemahanku yang selalu aku keluhkan padaMu.

Jadikanlah aku hamba yang selalu tunduk dan patuh kepada semua perintahMu. Aamiin. ^^

#Tafakurforme

Selasa, 11 November 2014

Kunjungan Sahabat

Hari ini bertemu sahabat tersayang. Aku selalu kagum jika melihatnya. Dia tidak hanya cantik fisik tapi hati dan jiwanya pun sangat cantik. Wajahnya terlihat teduh di bawah kerudung merah mudanya. Aku ingin sepertinya. Dia sosok inspirasi untuk ku.

Tema percakapan kita hari ini adalah tentang masa lalu. Masa lalu, masa yang telah berlalu. Entah itu buruk atau baik masa lalu akan menyisakan kenangan, baik itu menyakitkan atau menyenangkan. Tapi lewat masa lalu kita bisa belajar untuk menjadi yang lebih baik di masa depan.

Kita berdua punya kepercayaan yang sama. Yang baik pasti mendapatkan yang baik. Dan sesuatu yang baik pasti susah untuk di dapatkan. Perlu pengorbanan dan perjuangan untuk mendapatkannya.

Kadang Tuhan menguji lewat permintaan kita. Saat aku meminta mawar, dia memberiku kaktus yang penuh duri. Aku tidak bertanya kenapa pada Tuhan. Aku takut malah akan jadi menolak takdirNya.

Setiap hari aku perhatikan kaktus itu. Sampai pada suatu masa ketika kemarau tiba, tak banyak pohon yang dapat hidup dalam kemarau panjang. Tapi kaktus ku tetap hidup dan dia malah menghasilkan bunga yang sangat cantik.

Dari situ aku sadar. Apa pun yang di berikan Tuhan pasti memiliki makna dan manfaat. Lewat kaktus aku belajar. Saat itu mungkin buatku mawar lebih indah, lebih cantik dibanding kaktus yang penuh duri. Tapi apa mawar bisa bertahan hidup seperti kaktus ketika ada ujian kemarau panjang datang?

Ada hikmah dibalik sebuah pristiwa. Ada makna dibalik sebuah derita. Kaktus yang aku angap aneh itu kini telah menampak kan kecantikannya.

Senin, 10 November 2014

Ku Bahagia.

Aku menyulam bahagia dari tawa kecilmu. Menerjemahkan syukur dari bola mata bulatmu. Aku menamaimu sebagai bintang kecil.

Di hari Senin ini kita seperti biasa bermain-main, saling tertawa satu sama lain. Berlari-lari di pelataran sambil mengeja A B C. Semua terasa bahagia.

Aku menamaimu sebagai anugrah dari Tuhan. Walau pun aku yang mengajar di sini, tapi kalian yang malah lebih banyak mengajariku. Sesuatu pelajaran yang tidak di berikan oleh guru. Sebuah ketabahan.

Setelah solat isya berjamaah kita beristirahat. Aku menyuruh kalian membuat angan. Ku biarkan kalian berimajinasi sambil merangkai mimpi di masa depan. Dibawah atap surau kecil ini ku tatap satu persatu wajah anak muridku,  semuanya terlihat sangat bahagia. Mengambarkan impian dengan caranya.

Bintang malam, seakan tersenyum menyemangati impian kita. Tak peduli betapa sulitnya hidup yang terkadang untuk makan pun susah, untuk bertahan hidup juga susah, dan untuk sekedar tersenyum pun susah.

Tapi rasa syukur ini karena, selalu mengingat nikmatNya pun juga susah di lupakan. Itu yang membuat ku bahagia.

Kita berlari-lari bersama mengejar mimpi. Walau letih tiada yang peduli. Saat ini tak ada kata untuk berhenti. Semua akan bahagia. Semua pasti bahagia.

Kita akan terus berlari tanpa kenal lelah hanya akan berhenti saat kita sudah meraihnya. Ilmu tak akan pernah terikat waktu. Mari sama-sama mengejarnya.

Berlari teruslah berlari, jangan lupa untuk selalu tersenyum dan tertawa walaupun dunia tidak seindah surga. Bersyukurlah sebanyak-banyaknya kepada yang Maha Kuasa.

-Hana Latasati

Sang Raja

Alasan ku mencintaimu cukup sederhana.
Aku mencintaimu atas agama yang ada pada dirimu.
Atas iman yang ada di hatimu.
Dan atas islam yang ada di jiwamu.

Aku mencintaimu tidak dengan melemah lembutkan suaraku.
Tidak juga dengan memandang wajahmu.
Atau bermanis muka di hadapanmu.
Tapi aku mencintaimu dengan caraku.

Cara yang dipakai matahari dalam mencintai bumi.
Lewat jarak yang sangat jauh dia menyampaikan cintanya.
Cara yang mungkin sulit di terapkan, tapi itulah kodradnya.
Maka dari kejauhan ia hanya bisa memandang, mengawasi, dan mengagumi.
Matahari memberikan kehidupan dibumi, dan bumi adalah alasan untuk ia terus hidup dan bersinar.

Sabtu, 08 November 2014

Aku selalu percaya kalau kebahagian itu menular. Entahlah lewat media apa, udara, air, tanah, atau api? Yang aku tau kebahagiaan itu layak dibagi.

Belum pernah aku sebahagia ini. Hatiku seakan melompat-lompat riang. Aku merasa sangat dekat dengan Rabb ku. Baru aku tau rasanya disayang. Karunia dan nikmatnya menyadarkan betapa hebatnya Ia.

Aku sangat senang, seperti aku menemui cintaku lagi. Cinta yang akan selalu berbalas. Cinta yang tidak pernah memberikan rasa sakit. Cinta yang suci dan abadi. Telah kutemukan cinta ku ini.

Aku selalu memohon agar perasaan ini bertahan selamanya. Perasaan cinta seorang hamba kepada Rabb nya. Jangan sampai waktu dan rasa bosan mengikisnya. Aku selalu berharap agar aku selalu istiqomah dalam memperbaiki diri.

Mungkin ini sederhana tapi bagiku sangat bermakna. ^^

Mungkin ini salah, tapi buatku ini benar. Bukan karena benci, hanya ingin menjaga kesehatan hati.

Aku tau ini tidak baik tapi, menurutku ini yang terbaik. Bukan ingin memutuskan silahturahmi hanya ingin menjaga diri.

Sudah cukup remuk redam perasaan dan kepercayaan ini. Sudah cukup air mata yang jatuh sia-sia.

Ku pastikan kau tidak akan melihatku menangis lagi. Gadis sempurna itu kini telah memutuskan untuk pergi.

Setiap wanita pasti memimpikan mempunyai suami yang bisa mengajaknya berjalan menuju surga. Pembimbing yang baik, ayah yang bertanggung jawab, dan sosok seorang panutan.

Aku pun sering memimpikan hal seperti itu. Memiliki keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah. Tinggal dalam rumah sederhana yang cukup untuk menampung dua putra dan satu putri ku. Memiliki halaman yang luas untuk para jagoanku bermain bola.

Rumah yang setiap magrib selalu ramai dengan suara orang mengaji. Mengenalkan betapa indahnya jika dekat dengan Allah. Rumah yang selalu riuh dengan gelak tawa dan senda gurau penghuninya.

Aku suka mengarang nama-nama anak ku kelak. Jika dia laki-laki aku ingin menamainya Robbi Zitni Ilman, yang artinya Ya Rabb tambahkanlah ilmuku. Jika anak ku perempuan aku ingin menamainya Hana Shabara Zhafira, yang artinya Bunga kebahagiaan dari sabar adalah keberuntungan. Nama yang sangat indah bukan?

Selasa, 04 November 2014

Hujan di luar tidak menyurutkan hati ini untuk berhenti mengaji. Petir yang saling bersautan, dan angin kencang yang menyibakan tirai jendela tidak membuat pikiran untuk mundur.

Entahlah, aku belum pernah sesenang ini. Hatiku seakan melompat-lompat riang. Hari ini baru aku rasakan kebahagiaan yang nyata. Bak pohon yang mendapatkan air setelah setahun kemarau.

Aku merasa sangat dekat dengan Rabb ku. Setelah beberapa pristiwa yang mengoncangkan jiwa, hingga membuat hati rasanya sakit tersayat sembilu. Kini akhirnya aku menemukan penawarnya. Sederhana tapi bermakna.

Aku selalu teringat sebuah kata-kata "Jika kita diam maka Allah pun diam. Tapi jika kita berjalan kearahnya makan Allah akan menghampiri kita dengan berlari."

Aku belum taat, tapi aku ingin taat. Aku belum baik, jadi aku ingin baik. Aku belum solehah, tapi aku terus mencoba solehah.

Tulisan ini aku tulis bukan semata ingin pamer, aku hanya terlalu senang hingga ingin membagikannya kepada semua orang. ^^