Sabtu, 27 Juni 2015

Dakwah kok bikin panas.

Ada seseorang yang bertanya kepada saya "itu orang kok dakwahnya tajem benget, bikin hati panas. Gak suka deh. Bukannya kalo dakwah itu bikin hati adem ya bukan panas. "

Dakwah itu pada hakikatnya adalah obat jiwa. Dan yang namanya obat dimana-mana itu pasti gak enak. Pahit.

Begitu juga dengan dakwah akan terasa pahit jika yang di dakwahi adalah jiwa yang sakit. Sakit karena iri, dengki, ujub, riya, sombong, dan dendam.

Kita gak bisa meminta semua harus selalu menyenangkan. Adakalanya kita merasakan pahit agar kita tersadar bahwa dalam hidup bukan hanya ada rasa manis. Dan supaya kita tidak menjadi lalai.

"Tapi bukanya kalau kita menceritakan yang baik-baik itu bisa memotifasi?"

Benar, tapi gimana ceritanya kalau kita meangan-angan surga tapi lupa kalau ada neraka. Kita selalu mengejar pahala tapi gak mau meninggalkan dosa.

Semua hal pasti memiliki sisi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Tuhan pun punya sisi yang menyenagkan dan tidak menyenangkan. Selain Maha Pengasih dan Penyanyang, Allah pun Maha Pengancam dan Pemberi Azab.

Karena kita butuh Tuhan yang gak bisa di dikte oleh manusia.

Selasa, 23 Juni 2015

3 Hak Seorang Anak.

Pada suatu hari ada seorang laki-laki yang datang kerumah Amirul mu'minin, Ummar bin Khatab dengan membawa anaknya. Laki-laki itu mengadukan kepada Amirul mu'minin bahwa anaknya telah durhaka kepadanya.

Belum sempat menjawab, sang anak langsung bertanya kepada Amirul Mu'minin . "Wahai Amirul Mu'minin tolong beritahu aku apa hak ku sebagai anak."
"Sesungguhnya hak seorang anak ada 3 yaitu ; seorang ayah harus memilih ibu yang baik untuk anaknya, memberikan nama yang baik untuk anaknya, dan memberikan pelajaran agama untuk anaknya."
"Kalau begitu aku tidak mendapatkan hak ku ya Amirul mu'minin. Ayahku memilih ibu yang buruk untukku, yang selalu melakukan dosa. Dia juga memberikan nama yang buruk kepada ku yang artinya tikus, yang tinggal di tempat yang menjijikan. Dia juga tidak pernah mengajariku pendidikan agama yang baik."
Lantas amirul mu'minin pun berkata.
"Kalau begitu sebelum anakmu durhaka kepada mu kau telah durhaka kepadanya karena telah mendzoliminya."

Aku jadi ingat Rasullulah pernah berkata "anak itu pada dasarnya suci, orang tuanyalah yang yang menjadikanya nasrani, yahudi, atau majusi."

Dari kisah tadi kita belajar, sebelum menuduh anak itu durhaka lihat dulu apa kita sudah benar atau belum dalam memberikan contoh dan pendidikan kepadanya. Karena pada dasarnya anak itu meniru. Meniru siapa? Ya orang yang dia lihat setiap hari, orang yang menjadi panutan. Orang tuanya. Sebagai calon ibu dan ayah yang baik, kita harus banyak belajar karena kitalah orang pertama yang akan melukis akhlak dari anak-anak kita nantinya. Semoga kisah tadi bisa menjadi pelajaran yang berharga untuk semua orang tua dan calon orang tua.

Wassalamualaykum.
Hana.

Rabu, 17 Juni 2015

Ummu Sulaim dan Abu Hurairah.

Taukah kalian tentang kisah Abu Hurairah dan Ummu Sulaim. Yang kita semua tau bahwa Abu Hurairah sendiri adalah sebagai seorang periwayat hadist yang tidak diragukan lagi keimanannya.

Ummu Sulaim adalah seorang perempuan cantik dan cerdas di kota itu. Banyak sekali laki-laki tampan, kaya raya, juga beriman yang ingin meminangnya.

Tapi.. Ummu Sulaim selalu menolaknya. Ayah dan ibunya pun bingung. Mereka pun berkata kepada Ummu Sulaim " Hai nak laki-laki yang seperti apa lagi yang ingin kau nikahi. Sudah banyak yang melamar tapi semua kau tolak."
Ummu Sulaim oun berkata "Allah akan memberikan jodoh yabg terbaik untukku." Begitu ucap Ummu Sulaim.

Hingga pada suatu hari Abu Hurairah datang ke kota tempat tinggal Ummu Sulaim untuk membeli beberapa dagangan yang akan ia jual lagi di kotanya.

Ketika sedang membeli dagangan Abu Hurairah bersilahturahmi  ke rumah Ummu Sulaim yang dulu adalah teman waktu kecilnya.

Abu Hurairah pun bercerita bahwa ia sudah di tinggal mati istrinya dan ia memiliki seorang anak yang pintar dan soleh yang berumur 3 tahun.

Setelah Abu Hurairah selesai bercerita Ummu Sulaim pun berkata "Aku bersedia merawat dan menjadi seorang ibu dari anakmu."

Abu Hurairah pun bingung, lalu ia berkata "apa maksudmu aku tidak mengerti."
Lalu Ummu Sulaim pun berkat " mungkin kau adalah jawaban dari doa doaku yang ku lantunkan kepada Allah. Aku selalu berdoa kepada Allah agar memberikan jodoh yang terbaik."

Abu Hurairah pun mengerti maksud dari ucapan Ummu Sulaim. Tak lama Abu Hurairah pun melamar Ummu Sulaim dan menikah dengannya.

Banyak orang yang mengunjing tentang pernikahan mereka. Bagaimana bisa seorang gadis yang cantik dan berpendidikan menikahi seorang duda berabak satu. Tapi mereka menghiraukan ucapan orang orang. Mereka pun hidup bahagia bersama keluarga kecil mereka.

Ummu Sulaim memang selalu berdoa di sepertiga malam kepada Allah untuk diberika jodoh yang terbaik " Ya Allah berikanlah aku jodoh yang terbaik." Tapi di dalam hatinya dia memendam perasaan kepada sahabat kecilnya yaitu Abu Hurairah. Dan Allah pun mengabulkan doa Ummu Sulaim dengan memberikan jodoh yang terbaik yang selama ini dia tunggu dan hanya bisa dia ucap lewat doannya saja.

Selasa, 16 Juni 2015

Ingatkah kalian tentang kisah di zaman Rasulullah yaitu tentang kisah cinta paling mengagumkan?

Pada zaman itu ada seorang wanita yang tidak hanya cantik wajahnya melainkan cantik juga akhlak dan keimanannya. Tidak sedikit pria kaya yang ingin meminangnya untuk menjadi istri tapi dia selalu menolak.

Hingga pada suatu ketika datanglah seorang pemuka quraisy yang berniat untuk meminangnya. Laki-laki itu sangat kaya raya juga tampan. Tapi tidak sedikit pun hati wanita itu goyah dia tetap menolak laki-laki itu.

Laki-laki itu pun tidak juga menyerah. Ia mendatangi wanita itu lagi dan kembali menyampaikan niatnya untuk meminang perempuan itu.

Laki-laki itu pun berkata "apa yang bisa aku lakukan untuk meminang mu?"
Perempuan itu kembali berkata "apa kau benar-benar yakin untuk meminang ku?" Laki-laki itu pun berkata "ya"
"Kalau begitu aku akan meminta mahar"
"Apa maharnya katakan saja. Pasti akan aku kabulkan."
"Masuk islam."
"Banyak yang bisa kau minta kenapa harus itu?"
Perempuan itu pun berkata " bagaimana bisa aku menikah dengan laki-laki kafir seperti mu yang tidak mempercayai Allah dan Rasul-Nya?"

Dari situ kita bisa belajar standar utama untuk memilih pendamping adalah bukan dari hartanya, tapi dari akhlaknya.