Kamis, 18 Desember 2014

Layaknya Matahari.

Layaknya matahari; akupun ingin abadi, selalu menemani meski berganti belahan bumi.

Layaknya matahari; aku ingin mencipta pelangi, usai hujan mewarnai hari.

Layaknya matahari; akupun tak ingin ingkar janji, sebab ia selalu hadir saat bulan berubah pasi.

Layaknya matahari; setia mengabdi hingga saat Ia memberhentikannya. Dan akupun sama, takkan istirahat hingga langkah ini menjejak surga. Amin.

Jangan Berharap.

Adakah orang yang memanah berharap anak panahnya kembali?

Tentu tidak.

Begitulah seharusnya saat kita berbuat baik.

Tak perlu berharap kebaikan yang kita berikan kembali dari orang yang kita beri.

Mengharapkan balasan dari sesama manusia bisa berujung kecewa dan derita.

Kita perlu terus menerus berlatih,

berharap mendapat balasan

hanya dari Sang Maha Pemberi.

Ketahuilah bahwa pikiranmu tidak mungkin mencakup semua hal.

Karena itu gunakan ia untuk hal-hal yang penting.

Bahwa hartamu tidak bisa membuat kaya semua orang,

karena khususkanlah ia hanya diberikan untuk pengikut kebenaran.

Bahwa malam dan siangmu tidak dapat memenuhi semua kebutuhanmu meskipun engkau bekerja keras sepanjang waktu,

alokasikanlah dengan baik antara pekerjaanmu dan istirahatmu.

Karena sesungguhnya apa yang menyibukkan pikiranmu dari hal-hal tidak penting,

adalah sebuah celaan terhadap hal yang penting.

Apa yang kau habiskan dari hartamu untuk kebatilan akan membuatmu merasa kehilangan ketika engkau ingin menghabiskannya untuk kebenaran.

Dan kesibukanmu di sepanjang malam dan siang di luar kebutuhan,

akan menghinakanmu pada saat kau butuh.”

- Abbas ibn Hasan Al Alawi-

Senin, 15 Desember 2014

Untuk Perempuan Kesayanganku II

Entahlah aku merasa jahat sekali. Karena satu kesalahanmu padaku menutup semua kebaikan yang belum aku tau. Aku sadar aku tidak boleh membenci seseorang yang belum aku kenal. Mungkin saja kau tidak seperti apa yang aku pikirkan.

Sepertinya wasiat sang nabi itu sangat berat : "Jadilah hamba-hamba yang bersaudara." Ketika masih ada sifat congkak dan perasaan merasa lebih baik dari orang lain.

Aku mohon maafkan aku atas segala prasangka buruk ku padamu. Aku sadar aku jauh dari sempurna. Maafkan aku atas perasaan tidak suka ini padamu. Sebab terkadang ketidaksukaan ku karena ketidaktahuanku.

Aku melakukan ini karena aku ingin mengikuti wasiat sang nabi untuk menjadi hamba-hamba yang bersaudara.

Untuk perempuan kesayanganku maafkan aku. :')

Ketetapan Hati.

“Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)” [Ali ‘Imraan : 8]

Dari Anas, ia berkata : Adalah Rasulullah SAW banyak membaca doa “Yaa muqollibal quluubi tsabbit qolbii ‘alaa diinik (Ya Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku atas agama-Mu)”. Lalu aku (Anas) bertanya, “Wahai Nabi Allah, kami beriman kepadamu dan kepada apa yang engkau bawa, apakah engkau mengkhawatirkan atas kami?”. Beliau SAW menjawab, “Ya, sesungguhnya hati itu diantara dua jari-jari Allah. Dia membolak-balikkannya sesuai yang dikehendaki-Nya” [HR. Tirmidzi, juz 3, hal. 304]

Mohon Perlindungan dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, dll

Dari Zaid bin Arqam, dia berkata : Aku tidak mengatakan kepada kalian kecuali seperti apa yang pernah disabdakan Rasulullah SAW. Beliau SAW berdoa, “alloohumma innii a’uudzu bika minal ‘ajzi wal kasali wal jubni wal bukhli wal haromi wa ‘adzaabal qobri. Alloohumma aati nafsii taqwaahaa wa zakkihaa, anta khoiru man zakkaahaa. Anta waliyyuhaa wa maulaahaa. Alloohumma innii a’uudzu bika min ’ilmin laa yanfa’u wa min qolbin laa yakhsya’u wa min nafsin laa tasyba’u wa min da’watin laa yustajaabu lahaa (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut, kikir, dari pikun dan siksa qubur. Ya Allah, berikanlah ketaqwaan pada jiwaku dan bersihkanlah. Engkau adalah sebaik-baik yang membersihkannya. Engkau adalah wali dan tuannya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan)”. [HR. Muslim, juz 4, hal. 2088]

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Adalah Rasulullah SAW bersabda, “Alloohumma innii a’uudzu bika minal arba’. Min ‘ilmin laa yanfa’u wa min qolbin laa yakhsya’u wa min nafsin laa tasyba’u wa min du’aa-in laa yusma’u. (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari empat perkara. Dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’ dari jiwa yang tidak pernah kenyang dan dari doa yang tidak dikabulkan)”. [HR. Abu Dawud, juz 2, hal. 92]

Np: berbagi bersama nopindra.

Minggu, 14 Desember 2014

La tanza.

“Jangan berduka, sungguh Allah bersama kita”; memihak dan membela, menjamin dan menjaga; meridhai dan mengaruniakan pahala.

“Janganlah berduka, sungguh Allah bersama kita”; di perjalanan yang panjang titiannya, sedikit pendukungnya, banyak timpaannya.

“Janganlah berduka, sungguh Allah bersama kita”; rasakan pengawasanNya, hati-hatilah dari mendurhakaiNya, takutlah akan murkaNya.

“Janganlah berduka; sungguh Allah bersama kita”; mohonlah ampunNya, pintalah rahmatNya, teruslah berbincang mesra denganNya.

“Janganlah berduka, sungguh Allah bersama kita”; malu-lah bermalas dan sia-sia; baguskan kinerja; berjuanglah puncakkan karya.

“Janganlah berduka, sungguh Allah bersama kita”; sucikan prasangka, lapangkan dada, maklumi kekurangan sesama, maafkan kesalahannya.

“Janganlah berduka, sungguh Allah bersama kita”; ingat dan dekatilah, takut dan berharaplah, memuji dan mengabdilah. Cintailah.

Don't Sad.

Setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing. Seperti setetes air hujan. Mulanya ia hanya uap air tak terlihat, lalu terkondensasi menjadi titik-titik embun, berkumpul membentuk awan, diterbangkan angin, perlahan turun sebagai tetes hujan. Pernahkah kau berpikir tentang perjalanan setetes air hujan?

Ada tetes yang mampir di genteng-genteng rumah. Ada tetes yang singgah di dedaunan. Ada tetes yang meluncur ke jalan. Ada tetes yang langsung mengikuti aliran air selokan. Ada tetes yang tergenang dalam ceruk kaleng bekas. Ada pula tetes yang langsung hilang begitu menyentuh bumi, terserap akar pepohonan. Setiap tetes menempuh jalan yang berbeda, meski Tuhan menghendaki satu tujuan untuk mereka. Hujan diturunkan ke bumi untuk membawa kabar gembira, untuk menumbuhkan tanam-tanaman, untuk kehidupan hewan dan manusia, juga semua makhluk Tuhan lainnya.

Perjalanan setetes air hujan itu seperti kehidupan. Setiap orang punya jalan hidup dan ceritanya masing-masing. Bahkan kembar identik pun punya jalan hidup yang berbeda. Begitupula dengan aku, kamu, dia, juga mereka. Kita selalu punya cerita yang berbeda, tak pernah sama.

Kadang aku merasa bosan dengan hidupku. Kenapa begini-begini saja? Melihatmu, dia, mereka dengan hidup kalian masing-masing. Mungkin kau kini sudah melanglang buana, lulus kuliah, punya pekerjaan, bahkan banyak prestasi yang kau torehkan. Mungkin dia semakin sibuk dengan urusan bisnisnya, juga dengan amanah baru membina rumah tangga. Mungkin mereka juga sibuk dengan urusannya, ada yang belajar ke luar negeri, ada yang merantau ke luar Jawa, ada yang kembali ke kampung halamannya, ada yang berjuang mati-matian di kantor barunya, ada yang masih bingung mencari pekerjaan, ada pula yang masih pontang-panting memperjuangkan skripsinya.

Dan pertanyaanku selalu berujung pada satu jawaban. Aku, masih di sini berusaha dan berbahagia. Itu jawaban paling logis dan paling bijaksana yang tepat untukku saat ini. Tak ada kata-kata motivasi yang lebih tepat dari itu. Tak ada kata-kata penghibur yang lebih menggembirakan dari itu. Dan syukurku atas semua karunia yang Allah berikan untukku. Dia masih (selalu) sayang padamu, Maka Dia izinkan kau bernapas hingga hari ini, detik ini. Agar kau torehkan prestasimu, dalam lembaran-lembaran catatan amal yang dibawa kedua malaikat di samping kanan dan kirimu.

Maka tak ada alasan untuk bersedih. Maka habislah kata-kata untuk mengeluh. Setiap manusia punya jalan hidupnya masing-masing. Kau percaya itu kan?

“Katakanlah: Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al An’am: 162)

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz Dzariyat: 56)

Cukuplah kiranya kedua ayat itu memberikan pelajaran bagiku, bagimu, bagi kita. Bahwasanya tujuan penciptaan kita sama, hanya jalan hidup kita lah yang berbeda. Maka setiap helaan napas kita pun hendaknya sama, untuk Allah saja.

Tak peduli sampai dimana kau kini berjalan

dan masih berapa jauh jalan yang harus kau tempuh.

Allah tujuan kita…

Np : berbagi bersama nopindra

Jumat, 12 Desember 2014

Jangan Jadikan Aku Boneka

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi yang terbaik dari yang paling baik. Sehingga banyak orang tua yang mengupayakan segala cara agar keinginannya tercapai tanpa memikirkan apa yang diminati sang anak. Maka tak jarang hal itu malah menjadi tekanan yang membuat anak menjadi stres.

Kadang apa yang mereka angap baik belum tentu kita juga menganggapnya baik walaupun sebenarnya niatnya baik.

Banyak orang tua yang mengangap kecerdasan akademis itu lebih baik dari non akademis, sehingga memaksa anak untuk menyukai sesuatu yang bukan minatnya.

Ada sebuah kisah tentang keluarga Ali Imran yang soleh, dia memiliki istri yang bernama Hanah yang lama tidak diberi keturunan. Sebagai seorang muslim Hanah selalu berdoa pada Allah "Ya Allah berilah aku keturunan, jika dia laki-laki akan aku abdikan dia di baitul maqdis" dan doa Hanah pun didengar oleh Allah, Dia memberikannya keturunan tapi bukan anak laki-laki seperti yang dia harapkan melainkan anak perempuan. Hanah menamakannya Maryam. Mengingat pada zaman itu anak perempuan lebih dipandang rendah dari anak laki-laki, tapi Hanah tetap bersyukur dan memenuhi janjinya mengirim Maryam ke baitul maqdis di palestina untuk mengabdi. Maryam adalah ibu dari Nabi Isa a.s. Dalam Al Quran pun ada surat yaitu surat Al Imran atau keluarga Imran.

Dari kisah ini dapat ditarik kesimpulan kadang keinginan itu tidak sejalan dengan kenyataan. Allah Maha Tau apa yang terbaik untuk hambanya. Jadi tidak selalu yang terbaik menurut kita itu baik untuk orang lain.

Ilmuan mengatakan bahwa kecerdasan seseorang itu berbeda-beda. Pola pikir orang tua dan anak pun berbeda. Setiap anak pasti ingin membahagiakan orang tua, itu sudah naluri sama seperti naluri orang tua yang ingin melihat anaknya bahagia.

Ali bin abu tholib pun pernah berkata "didiklah anakmu mengikuti zamannya"
Kenapa? Karena zaman yang membuat pola pikir berbeda. Jangan memaksakan kehendak.

Wanita Suci

Wanita suci

Bagiku kau bukanlah bunga

Tak mampu aku samakan kau dengan bunga-bunga

Terindah dan terharum sekalipun

Bagiku manusia adalah mahluk terindah

Tersempurna dan tertinggi

Bagiku dirimu salah satu manusia terindah

Tersempurna dan tertinggi

Karenanya kau tak membutuhkan persamaan

Wanita Suci

Dengan menatapmu, telah membuatku terus mengingatmu

Dan memenuhi kepalaku dengan inginkanmu

Berimbas pada tersusunnya gambarmu dalam tiap dinding khayalku

Membuatku inginkan dirimu sepenuh hati, seluruh jiwa sesemangat mentari

Dirimu terlalu suci untuk hadir dalam khayalku

Yang penuh dengan lumpur…

Wanita suci

Menghabiskan waktu berdua denganmu bagai mimpi tak berujung

Menyentuhmu merupakan ingin diri, berkelebat selalu

Meski ujung penutupmupun tak pernah berani kusentuh

Jangan pernah kalah dengan mimpi dan inginku…

Karena aku biasa memakaikan topeng keindahan pada wajah burukku

Meniru pakaian para rahib, kiai dan ulama

Meski hatiku lebih kotor dari kubangan lumpur

Wanita suci

Beri sepenuh diri pada dia sang lelaki suci

Yang dengan sepenuh diri membawamu pada Ilahi

Untuknya dirimu ada

Tunggu sang lelaki suci menjemputmu

Atau kejar sang lelaki suci itu

Dialah hakmu, seperti dicontohkan ibunda Khadijah

Jangan ragu…, jangan malu…

Wanita suci

Bariskan harapanmu pada istikharah penuh ikhlas

Relakan Tuhan pilihkan lelaki suci bagimu

Mungkin sekarang atau nanti…

Bahkan mungkin tak ada, sampai kau mati

Karena kau terlalu suci,

untuk semua lelaki,

dalam permainan ini

Karena lelaki suci itu menantimu di istana kekal

Yang kau bangun dengan kekhusu’an ibadah

Wanita suci

Pilihan Tuhan tak selalu seindah inginmu

Tapi itulah pilihan-Nya

Tak ada yang lebih baik dari pilihan-Nya

Sang Kekasih Tertinggi

Tempat kita memberi semua cinta

Dan menerima cinta yang tak terhingga

Dalam tiap detik hidup kita

Tulang Rusuk Siapakah ini?

Tulang rusuk siapakah Ini? Saat di dalam hati ini mulai terbersit tanya.

“Tulang rusuk siapakah diri ini?!”

Tapi tertahan erat hanya di hati kecil nan dalam.Hingga perih mulai kurasa. Namun segerah kubalut dengan jawabku sendiri

“Hanya Allah-lah yang tahu.”

Saat tanya selanjutnya pun mulai terurai di otak

“Kenapa dia sang pangeranku tak mencari rusuk bengkoknya yang hilang? Begitu sulitkah baginya temukanku? Kurang ikhtiarkah dia? Kurang berdo’akah? Mungkinkah dia tak sadar telah kehilangan rusuknya? Atau mungkinkah dia benar-benar tak butuhkan rusuk bengkok ini? Atauuuu... cukup-cukup."

Aku pun segera menyimpulkan tanya-tanya putus asa itu dengan jawaban.

“Tak usah bersuudzon. Semua tersebab Allah belum izinkan terjadi. Dan ingatlah betapa Allah telah gariskan sang pangeran teruntukku. Pangeranku sibuk berbenah diri sepertiku. Pangeranku pun tengah menantiku, pun mulai mempersiapkan segalanya untuk menyambut kehadiranku di sisinya”

Akupun tersadar, kupahami bahwa Allah juga tlah sediakan waktu tuk pemutaran episode yang dinantikan olehku dan pangeranku.

Yakinkan diri, betapa semua akan terasa indah pada waktunya. Jika Allah izinkan, kelak semua terjadi dengan hikmat, penuh ridlo, rahmat, barokahNya. Aamiin. ^^

Separuh Kunci Surgaku.

Ali dan Fatimah begitu syahdu dalam romannya yang menggetarkan Arsy.

Muhammad dan Khadijah terlebih lagi. Begitu mulia dalam naungan kubah yang suci.

Ibrahim, Hajar dan Sarah. Paduan nan bersahaja dalam bingkai ketabahan dan ketulusan.

Aisyah dan Muhammad. Penuh letupan keceriaan yang binarnya hingga ke jendela Firdaus.

Kisah cinta apa lagi yang kini sedang mengiringku meneguhkan hati?

Memang..
Cukup dalam diam saja. Sederhana nan penuh kelembutan.Terikat dengan penuh rahasia dan tak kasat mata. Di linangan doa yang mengalun di gelaran sujud panjangku.

Aku ridho…
Dengan atau tanpa adanya kamu. Dalam tiap tatap keistiqomahan.
Yang dengan lembut kau haturkan.
Sebagai pengingat bagiku…

Terima kasih..
Allah selalu cinta kamu, wahai separuh kunci surgaku. :')

Mencintai Dalam Diam.

Aku tau, cinta adalah fitrah. Sebuah anugrah tak terperih. Karena cinta adalah kehidupan. Karena rasa itu adalah cahaya. Aku tahu, hidup tanpa cinta, bagaikan hidup dalam gelap gulita.

Namun, saat rasa itu menyapa, maka hadapi dengan anggun. Karena rasa itu ibarat belenggu pelangi, dengan begitu banyak warna.

Cinta terkadang membuat bahagia, namun tak jarang membuat menderita. Cinta ada kalanya manis bagaikan gula, namun juga mampu memberi pahit yang sangat getir. Cinta adalah perangkap rasa. Sekali salah berlaku, maka akan terkungkung dalam waktu yang lama dalam lingkaran derita.

Agar dapat keluar dari belenggu itu dan mampu melaluinya dengan anggun. Maka mencintailah dalam hening. Dalam diam. Tak perlu lari, tak perlu dihindari. Namun juga, jangan di sikapi dengan berlebihan.

Jangan umbar rasa itu. Jangan tumpahkan segala suka itu. Cobalah merenung sejenak dan fikirkan dengan tenang.

Kita percaya takdir bukan? Kita tahu dengan sangat jelas. Dia, Allah telah mengatur segalanya dengan begitu rapinya? Jadi, apa yang harus di risaukan? Biarkan Allah yg mengaturnya, dan yakin di tangan-Nya semua akan baik-baik saja.

Cobalah renungkan. Dia yang aku cinta, belum tentu atau mungkin tak akan pernah menjadi milikku. Dia yang ku puja, yang ku ingat saat siang dan yang ku tangisi ketika malam, Akankah dia yang akan menjadi jodohku?

Aku tak tahu dan tak akan pernah tahu. Hingga saatnya tiba. Tidakkah aku malu jika semua rasa telah ku umbar? Namun ternyata kelak bukan aku yang dia pilih untuk mendampingi hidupnya?

Karena cinta begitu agung untuk di umbar. Begitu mulia untuk di tampakkan. Begitu sakral untuk di tumpahkan.

Sadarilah , fitrah wanita adalah pemalu, dan aku indah karena sifat maluku. Lalu, masihkah aku berpikir tampak menawan jika rasa malu itu telah di nafikan?

Masihkah aku tampak bestari jika malu itu telah ku singkap? jadikan malu sebagai selendangku. Maka tawan hatiku sendiri dalam sangkar keimanan. Dalam jeruji kesetiaan.

Yap. Kesetiaan padanya yg telah Allah tuliskan namaku dan namanya. Maka cintailah dalam diam. Agar jika memang bukan dia yang ditakdirkan untuku, Maka cukuplah Allah dan aku yg tahu segala rasaku. Agar kesucianku tetap terjaga. Agar keanggunanku tetap terbias.

Maka, ku pegang kendali hatiku.Jangan lepaskan. Acuhkan semua godaan yg menghampiriku.Cinta bukan untuk di hancurkan, bukan untuk di musnahkan..

Namun cinta hanya butuh ku kendalikan, hanya cukup ku arahkan. Yang ku butuhkan hanya waktu, sabar dan percaya.

Maka, ku pegang erat kendali hatiku, Lalu..Arahkan pd Nya..Diam adalah caraku mencintaimu karenaNya, berharap hal itu lebih memelihara kesucian hatiku dan hatimu setelahnya. Dan cintailah dalam diam. Dalam hening. Itu jauh lebih indah. Jauh lebih suci.

Semoga bermanfaat. ^^

Aku Cemburu

Aku cemburu. Pada mereka yang berani memilih berubah walau perih & tidak mudah.

Aku cemburu. Pada mereka yang istiqomah walau sangat payah.

Aku cemburu. Pada mereka yang memiliki cinta-Nya walau teraniaya.

Aku cemburu. Pada mereka yang tetap berjuang walau tak selalu berujung senang.

Aku cemburu. Pada mereka yang terus bergerak sampai jantung tak berdetak.

Aku cemburu. Pada mereka yang apapun selalu bernilai akhirat.

Sedang aku…? Aku hanya bisa berusaha menjadi yang terbaik, tapi tak jarang ku ulangi dosa yang sebelumnya telah aku sesali.

Selasa, 09 Desember 2014

Jawaban Kicauan.

Jawaban terindah pada pemfitnah: “Jika kau benar, semoga Allah
mengampuniku. Jika kau keliru, semoga Allah mengampunimu.”

Jawaban terbaik pada penghina dan pencela kehormatan: “Yang kaukatakan tadi sebenarnya adalah pujian; sebab aslinya diriku lebih mengerikan.”

Jawaban teragung pada caci maki dan kebusukan: “Bahkan walau ingin membalas, aku tak kuasa. Sebab aku tak punya kata-kata keji dan nista.”

Terjawablah pujian: “Moga Allah ampuni aib yang tak kautahu; tak menghukumku sebab sanjungmu; dan jadikanku lebih baik dari semua itu.”

Jawaban termulia pada yang memuji: “Semoga Allah ampuni yang tak kau ketahui, semoga doamu membaikkan diriku dan dirimu.”
(Salim A Filah)

Dalam Dekapan Ukhuwah

Karena beda antara kau dan aku sering jadi sengketa karena kehormatan diri sering kita tinggikan di atas kebenaran karena satu kesalahanmu padaku seolah menghapus sejuta kebaikan yang lalu wasiat Sang Nabi itu rasanya berat sekali: “jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara”

Mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja menjadi kepompong dan menyendiri berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam bertafakkur bersama iman yang menerangi hati hingga tiba waktunya menjadi kupu-kupu yang terbang menari melantun kebaikan di antara bunga, menebar keindahan pada dunia

Lalu dengan rindu kita kembali ke dalam dekapan ukhuwah mengambil cinta dari langit dan menebarkannya di bumi dengan persaudaraan suci; sebening prasangka, selembut nurani, sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji.

(Salim A. Filah)

Cintaku CintaMu.

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"ya Allah, berilah aku rezeki cinta Mu dan cinta orang yang bermanfaat buat ku cintanya di sisiMu. Ya Allah segala yang Engkau rezekikan untukku diantara yang aku cintai, jadikanlah itu sebagai kekuatanku untuk mendapatkan yang Engkau cintai. Ya Allah, apa yang Engkau singkirkan diantara sesuatu yang aku cintai, jadikan itu kebebasan untuku dalam segala hal yang Engkau cintai." (H R. Al-Tirmidzi)

Ketika cinta itu mulai berani bertutur mengucap satu nama. Aliran darah ke jantung seakan mengalir deras, hingga memicu hentakan demi hentakan tak menentu yang mulai mengusik nurani.

Saat itu tak ada yang bisa aku lakukan selain bersyukur kepadaMu. Karena atas nikmatMu-lah aku bisa merasakan hal ini.

Tapi terkadang aku takut jika perasaan ini malah membuatku jauh padaMu. Aku takut mencintai melebihi cintaku padaMu. Aku takut karena ini aku lalaikan kewajiban ku.

Maka, Ya Allah jadikanlah cintaku berada pada titik ketaatan. Cinta yang bersumber atas cinta karenaMu dan hanya untukMu. Jadikalah cinta ini bermanfaat, bukan cinta yang banyak mudharat. Jagalah kesucianku hingga ijab itu terucap. Limpahkan karunia kepadaku dan berkahilah apa yang sudah menjadi takdirku. Aamiin. 

Pray in the morning.

Dengan kuasaNya aku hidup.
Dengan rahmatNya aku bernafas.
Dengan karuniaNya aku berjalan menapaki hari.

Ya Allah jadikanlah aku, hamba yang selalu bersyukur.
Rendahkanlah hatiku dan tinggikanlah ilmuku.
Jagalah perilakuku, peliharalah lisanku, dan janganlah Kau golongkan aku kedalam golongan orang-orang pendengki. Aamiin. :')

#Doapagi

Indahnya Memaafkan

Tidak ada hati yang sekuat baja. Ia harus ditempa dengan ketidak sukaan, penolakan,dan rasa sakit untuk membangunnya menjadi kuat.

Bagai sebuah bangunan, hati pun harus memiliki pondasi yang kuat untuk menahan segala perkara yang terkadang membuat lelah jiwa. Teguhkan iman kepada Allah dan yakinlah segala ketetapanya memiliki hikmah yang besar jika kita mau berpikir.

Lembutkanlah hatimu, meski terkadang harus mengalah. Maafkanlah yang menyakitimu walau kau tau itu susah. Mohonkanlah doa kepada yang menyakitimu dengan kebaikan, sebagaimana kau memohon kebaikan untuk dirimu sendiri.

Semoga kita selalu menjadi pribadi yang pemaaf. Aamiin.

Senin, 08 Desember 2014

Mimpi itu tampak cerlang. Mengais senyum pada bening embun pagi. Ia taksabar ingin segera memberi kabar pada matahari yang melahirkan jingga di pagi dan senjanya.

Bayang itu, kian lekat meski masih terasa gelap. Hanya meraba dan menguliti memori tentang lintasan di simpang jalan. Tak sabar ingin melihat kerlip gemintang di sela ceria tawa.

Sederet aksara yang memeluk hari mungkin adalah penanda, bahwa takada yang tersia dari jeda yang dihadiahkan. Tak perlu meratap pada bintang selatan yang berjatuhan. Sebab kening yang tak berjarak dengan hangatnya sajadah adalah awal dari cerita indah dalam tiap langkah.

Bahwa doa yang dirapal saat hujan mulai membasahi tanah pasti berakhir dengan pengabulan.

Percayalah. :’)

Hujan di hari Senin.

Tak ada selain kesyukuran tak bertepi yang patut ku ucap.

Ketika hari ini ku mendapati tetes-tetes hujan itu kembali membasahi.

Membuat daun-daun bersorak-sorai oleh sebab bahagia;

tanah rebah dalam basah;

angin bekejaran menangkap pesan alam.

Tak ada selain kearifan yang patut ku ukirkan.

Pada hari-hari yang syahdu setelah hujan hari ini.

Walau sudah biasa, hujan hari Senin tetap istimewa.

Karena dengan derainya -atas kehendak Tuhan bumi kembali berwarna.

Minggu, 07 Desember 2014

Diomongin Orang.

Sering kali orang berkata buruk tentang diri kita bahkan hingga mencaci. Terkadang membuat kita merasa marah akibat cacian itu. Sadar atau tak sadar rasanya ingin membalas cacian orang lain itu.
Memang cacian itu terasa sangat menyakitkan apabila kita terus menanggapinya, tapi akan lebih arif apabila kita tidak menanggapi semua komentar buruk dari orang lain, selain membuang waktu dan pikiran akibat terlalu menanggapi komentar buruk dari orang lain itu, tapi juga dapat menguras emosi kita. Untuk apa kita mengurusi omongan orang lain, kalau hanya untuk membuat kita menjadi panas..dan emosi... Untuk itu Allah memerintahkan kita supaya menjadi seseorang yang pemaaf, seperti yang difirmankan dalam QS. Al-A'raf: 199 berikut:
(Khudzil 'Afwa Wa ' mur bil 'urfi wa A'ridh 'anil Jaahiliin)
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.(QS. Al-A’raf: 199)

Imam Syafi’i juga pernah mengatakan:

Orang pandir mencercaku dengan kata-kata jelek, maka saya tidak ingin untuk menjawabnya. Dia bertambah pandir dan saya bertambah lembut, Seperti kayu wangi yang dibakar malah menambah wangi.[Diwan Asy-Syafi’i hal. 156]

Subhanallah, demikianlah akhlak yang indah... ^^

#Tafakurforme

Kamis, 04 Desember 2014

Surat Pendek Untuk Sahabat

Langit gelap tak berbintang. Hujan disore hari menyebabkan dinginnya membekas hingga kini. Entahlah hawanya memang dingin atau hanya perasaanku saja.

Ada apa ini? Kelihatanya seperti gemericik perasaan tidak enak yang mulai menyelubungi hati. Aku sayang kamu. Tapi itu hanya berheti di ketikan ponselku.

Aku tidak ingin mengikuti ego. Karena aku sadar konsekuensinya jika kata itu terucap. Terlalu banyak yang harus dikorbankan. Persahabatan, rasa nyaman, tempat berbagi.

Mengingat aku hanya sendiri, jadi temanku adalah sepi. Tapi semua berbeda ketika kau hadir menyapa. Aku senang, aku nyaman. Belum pernah ku rasakan sebelumnya.

Awalnya aku pikir perasaan ini hanya sebatas sahabat. Ternyata benar apa kata orang, rasa nyaman membuat lupa kalau kita hanya sebatas teman.

Tapi ketakutanku melebihi perasaan cintaku. Mengingat betapa susahnya untuk sampai pada tahap ini. Salahku seutuhnya. Aku mencintai 2 sosok dalam satu tubuh. Dan sekarang aku takut kamu pergi, aku takut kamu menghindar.

Kamu masa lalu yang datang ke masa kini. Orang yang dulu aku cintai kini menjadi sahabat dan kecintaanku lagi.

Jika kamu baca tulisan ini pura-puralah tidak tau. Tetaplah menjadi biasa. Jika yang ada dalam hatimu cinta seperti yang ada dihatiku. Tetaplah rahasiakan. Biarkan waktu yang memperjelas. Jika yang ada dihatimu bukan cinta seperti yang ada dihatiku. Jangan pernah menghindar. Tetaplah jadi sahabatku. Aku tidak minta untuk dicintai. Hanya sekedar kamu tau.

-Hana Larasati