Kamis, 31 Desember 2015

Si Kecil Yang Mengugah Iman

Tepat jam 4 sore, ku rebahkah tubuh lelah ku. Bau asap dan debu jalanan mengelayuti tubuh lemahku. Tulangku serasa berpindah tempat sangking lelahnya.

Hari ini jadwal mata kuliahku penuh dari pagi hingga sore. Diawali lab sampai kejar-kejaran dengan dosen bimbingan metode penelitian itu makanan sehari-hariku.

Dari luar kelihatannya kuliah itu menyenangkan. Duduk dikelas, mendengarkan dosen (itu juga kalau mau) lalu pulang, tapi kenyataannya sangat berbanding terbalik. Ada jiwa-jiwa yang tertekan di dalam sana, bertarung melawan  sang dewa mata kuliah yang hanya tau kata benar dan benar.

Aku mahasiswi teknik. Anak teknik terkenal tahan banting. Tak banyak perempuan yang ingin masuk ke fakultas itu. Hanya yang cukup kuat yang mampu bertahan.

Ku bolak balikan badan kurusku di tempat tidur. Sejenak melepas lelah dan bermanja-manja pada sang kasur. Ku buka handphone ku, sepertinya tadi ada pesan yang aku belum baca. Ternyata dari sahabatku.

" Na, ngajar yuk." Jujur aku sangat malas hari itu karena jika aku mengajar aku harus setor hafalan qur'an ku. Aku lelah sekali, akhir-akhir ini banyak tugas kuliah yang menumpuk membuatku jarang menyentuh Al-qur'anku, tapi di sisi lain aku juga tidak enak untuk menolak ajakannya. Jadi aku putuskan untuk datang.

Aku mengajar di TPA dekat rumahku, tidak besar dan tidak terlalu banyak juga muridnya. Aku mengajar dengan suka rela di sana, awalnya hanya mengisi waktu luang tapi lama-lama jadi keterusan.

Sekarang tepat pukul 04:30 sore, dan aku seperti biasa duduk menunggu semua anak datang. Aku duduk di sebelah anak laki-laki kecil sambil mencoba menghafal, hafalan surat yang di berikan Mba Utami padaku. Tak di sangka ternyata anak kecil itu melakukan hal yang sama. Dia bolak-balik juz'ama nya sambil komat-kamit membaca lafaz yang ada di dalamnnya. Iseng ku tanya dia.

" Kamu ngapain?"

"Menghafal mba."

"Hari ini ada hafalan?"

"Enggak mba."

" Kok ngapalin?"

"Emang menghafal cuma boleh kalau ada hafalan aja ya mba?"

Kepalaku serasa di benturkan ke tembok. Dia yang masih kecil saja sadar bahwa Al-qur'an itu pedoman hidup dan menghafal Al-qur'an itu wajib bagi umat yang mengaku Islam. Sedangkan aku, akhir-akhir ini malas sekali menghafal dengan alasan tugas. Dari luar aku gembar gemborkan rasa cintaku padaMu Ya Rabb, tapi dalam pengaplikasian di dunia nyata aku nol besar bahkan kalah dari anak kecil yang aku angap tidak tau apa-apa. Ku jawab pertanyaannya dengan terbata.

"Eng..gak kok enggak. Bagus malah menghafal terus."

" Tapi saya masih belum lancar mba, bacanya. Allah marah gak ya mba?"

" Enggak lah Allah kan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Orang yang masih terbata-bata membaca Al-Qur'an itu nanti dapat 2 pahala. Pahala belajar sama pahala membaca Al-qur'an. Kamu baca terus kan setiap hari di rumah?"

"Iya mba, emang ada orang yang setiap hari gak baca Al-qur'an?"

Hatiku tersentak lagi, kadang yang kita angap tidak tau apa-apa, malah yang lebih paham. Kepolosan dan kemurnian dari seorang anak kecil lebih baik dari kepintaran dan ke sok tauan orang dewasa.

Anak kecil kebanyakan mendengar, menyimak, dan mempraktekan beda dengan kebanyakan  orang dewasa hanya mendengar, menyampaikan, tapi sedikit yang mempraktekan.

-Hana Larasati

Jumat, 25 Desember 2015

Sebelum Akhirnya Melupakan.

Gemericik hujan dan pekatnya maalam jadi saksinya. Ketika semua rasa didada harus segera di sekat. Memang aku bukan Maryam yang suci dan terjaga. Hatiku sering berkelana, hinggap dari satu tempat ke tempat lain tapi kali ini aku ingin semuanya berubah. Aku lahir dalam keadaan suci, mati pun aku juga harus dalam keadaan yang sama.

Mungkin semuanya berpikir "Kalian kan gak ngapa-ngapain cuma deket aja, jarak kalian pun jauh ketemu juga enggak. Gapapa kali saling berhubungan lewat chat."

Awalnya aku pun berpikir seperti itu, kita memang tidak saling menatap, tidak saling bersentuhan, tidak saling bertemu dan bergandengan tangan. Dari segi fisik kita menjaga, tapi dari hati apakah kita menjaga? Bukankah hati itu salah satu sumber fitnah paling besar?

Aku masih merenung menatap hujan, lewat jendela yang sekarang mulai mengembun. Menurutku ini salah. Di depannya aku menundukan pandangan, tapi dalam media sosial aku liar mengumbar izzah dan iffahku yang harusnya aku jaga sekuat hatiku.

Bukankah aku ingin menjadi seperti idolaku Maryam binti Imron. Wanita suci yang menjaga harga dirinya. Kalau aku seperti ini terus bagaimana aku bisa menjadi seperti Maryam?

Demi Allah ini berat, melepaskan hubungan dari orang yang di sayang. Ku bolak balikan Al-qur'an hijauku. Perasaan bimbang lama sekali mengelayuti batinku. Akhirnya ku buka secara acak Al-qur'an kesayanganku itu, mungkin ini yang namanya cara indah Allah mengingatkanku. Halaman yang ku buka surah An-Nur di ayat ke 31 " Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya."

Aku semakin mantap dengan pilihanku walau pun kini mataku mulai nanar, ketika ku baca lagi pesan singkat yang dia kirim tiga hari yang lalu.

"Kenapa kamu jadi begini?"

"Saya ingin melupakan. Walaupun saya tau lupa itu wajar, melupakan itu jahat. Tapi jika ingat Allah saya ingin melupakan."

"Kenapa kamu hapus semua pertemanan kita? "

"Karena saya ingin menjadi perempuan yang ada dalam doamu, mas. Perempuan solehah. Meskipun itu tidak akan pernah mungkin."

"Semakin jauh ya jarak kita."

"Iya jauh dalam skala peta, tapi In shaa Allah dekat dalam skala doa."

"Saya minder, mba."

"Saya lebih minder sama prestasinya mas, piala, piagam dan titel. Mengagumkan."

"Masih bisakah kita melengkapi, saya dunianya mba akhiratnya."

"Saya mau kita sama-sama di dunia dan akhirat mas. Ilmu dan iman bukannya saling berkaitan?"

"Tunggu saya di masa depan ya mba."

"Maaf mas, saya gak bisa berjanji. Karena hari esok belum tentu jadi milik saya umur kan gak ada yang tau mas, begitu pun jodoh dan rezeki."

"In shaa Allah saya datang kembali ketika saya sudah pantas."

"Yang baik untuk yang baik mas. Sama sama mendoakan saja."

"Aamiin, mba."

Percakapan kita pun di tutup oleh Aamiin. Semoga Aamiin mu dan Aamiin ku bersatu di arsy. Bukan kah doa yang gotong royong lebih cepat di kabulkan?

Sebelum akhirnya melupakan.

Kenapa kamu jadi begini? | Saya ingin melupakan. Walaupun saya tau lupa itu wajar, melupakan itu jahat. Tapi jika ingat Allah saya ingin melupakan. | Kenapa kamu hapus semua pertemanan kita? | Karena saya ingin menjadi perempuan yang ada dalam doamu, mas. Perempuan solehah. Meskipun itu tidak akan pernah mungkin. | Semakin jauh ya jarak kita. | Iya jauh dalam skala peta, tapi In shaa Allah dekat dalam skala doa. | Saya minder, mba. | Saya lebih minder sama prestasinya mas, piala, piagam dan titel. Mengagumkan. | Masih bisakah kita melengkapi, saya dunianya mba akhiratnya. | Saya mau kita sama-sama di dunia dan akhirat mas. Ilmu dan iman bukannya saling berkaitan? | Tunggu saya di masa depan ya mba. | Maaf mas, saya gak bisa berjanji. Karena hari esok belum tentu jadi milik saya umur kan gak ada yang tau, mas begitu pun jodoh dan rezeki. | In shaa Allah saya datang kembali ketika saya sudah pantas. | Yang baik untuk yang baik mas. Sama sama mendoakan saja. | Aamiin, mba.

Selasa, 22 Desember 2015

Setiap orang ada porsinya masing masing. Dia bisa gitu karena dia ada di lingkungan nuklir. Jordi bisa bola karena dia ketua bola. Ayu bisa akutansi ya karena dia di lingkungan sebi.

Setiap orang sudah di beri porsinya masing masing. Bukannya setiap mobil punya tujuan masing-masing?

Kamu juga bisa dengan komputer dan codingmu. Apa yang mungkin belum tentu mereka bisa. Lebih seriuslah melihat potensimu dari pada hanya sekedar membandingkan potensi orang lain.

Senin, 21 Desember 2015

Beri aku alasan untuk tidak jatuh hati.

Mungkin ini tidak penting bagimu. Bagian yang mungkin membuatmu bosan. Sebab, perasaanmu tak sama dengan apa yang aku rasa. Percakapan-percakapan tak jelas itu, mungkin hal yang tidak terlalu berarti bagimu. Juga pesan singkat dan chat yang tidak tau ingin di bawa kemana.

Telponmu malam ini mampu membuatku sulit bernafas karena bahagiannya. Ketika aku merasa sesak kamu datang sebagai 911 yang siap sedia menghibur dan membuatku tertawa. Lantas apa alasanku untuk tidak jatuh hati padamu?

Tapi bukan itu bagian terpentingnnya. Kamu satu satunya yang bisa membuatku nyaman meluapkan segalanya. Hidupku cukup penat dan sulit dan kamu hadir sebagai angin sejuk. Apa ada alasan untuk ku tidak jatuh hati padamu?

Biarkan aku bersama perasaanku kalau tidak boleh berikan alasan kenapa aku tidak boleh jatuh hati padamu. Setuju?

-Hana Larasati

Dia...Diaku.

Jika kamu tau sosok dia yang sering aku sebut di depan mu adalah kamu. Entah apa reaksimu. Pasti kamu akan menjauh dan aku akan segan. Kita tidak lagi sama seperti dulu. Oh... tidak tidak. Buatku itu bencana besar.

Aku sengaja menutup rapat sosok diaku di depanmu. Karena aku tau akan seperti apa reaksimu, atau kenyataan bahwa kau tidak pernah merasakan apa yang ku rasa. Aku simpan rapat-rapat identitas diaku dalam kardus besar. Kamu tidak akan pernah menemukannya.

Kamu tau aku merahasiakan sosok dia di depanmu karena aku senang aku bisa mendeskripsikan dia, di depanmu tanpa rasa cangung dan malu. Aku leluasa bercengkrama dengan kamu dalam membahas diaku yang ternyata kamu.

Aku suka keadaan ini. Seperti keadaan ketika kamu menangis di tengah hujan. Orang hanya tau yang di wajahmu adalah air hujan bukan air mata. Sekiranya seperti itulah aku.

Kamu tau, mungkin ini aneh tapi ini nyata. Aku nyaman bersamamu. Sahabat tergilaku, tempat pelampiasan amarahku, tempat aku menumpahkan segala tangisanku, salah satu orang yang membuat aku tertawa hingga menangis.

Laki-laki dengan perawakan tinggi tegap itu, dan matanya yang kecil berkilau serta kulitnya yang putih entahlah ada apa di dirimu bisa-bisanya membuatku candu dalam canda. 

Dasrar kau. Diaku.

-Hana Larasati

Jumat, 18 Desember 2015

Alasan Tetesan Air Mata

Dia melihat ke arahku. Aku pura-pura tersenyum agar dia tidak tau, apa yang ku inginkan dan kubutuhkan. Agar dia tidak lihat luka mengaga di hatiku. Dia cukup tau aku bahagia dan baik-baik saja.

Huh.. aku berani bertaruh gadis itu pastilah cantik. Gadis yang sering dia bicarakan itu. Dan dia pasti punya segalanya yang tidak aku miliki.

Dia berbicara padaku, aku pun tertawa karena sungguh itu lucu sekali. Dia memang sangat pandai melucu. Kita seribg tertawa berdua menghabiskan malam dengan lawakan namun tak pernah ku lihat orang lain dimatanya saat dia bersamaku.

Aku ingat saat itu, dia bercerita padaku. Dia bilang dia mabuk kepayang. Dia jatuh cinta pada gadis itu. Akhirnya dia menyadarinya. Dalam hati aku bertanya apakah dia tau dialah yang kupikirkan tiap malam.

Dialah alasan tetesan air mataku. Satu-satunya yang membuatku terus berharap pada bintang harapan. Dialah lagu yang terus aku nyanyikan. Aku tidak tau kenapa aku begitu.

Dia menelponku, taukah dia bahwa aku tidak bisa bernafas. Dan itu pun terjadi begitu sempurna. Kesempurnaan yang ku harap bisa ku miliki.

Gadis itu haruslah mendekapnya erat. Memberikan segala cintanya, pandangi matanya yang indah dan tau bahwa dirinya beruntung.

Maka aku masuk ke kamar. Ku buka laptop dan ku putar videonya sambil mencoba tidur malam ini. Hanya dialah yang ingin ku cintai.

Aku selalu ingat saat dia menatapku dan aku selalu pura-pura tersenyum. Agar dia tidak tau bahwa dialah yang selama ini aku cintai diam diam.

Selasa, 08 Desember 2015

Harta Simpanan

Harta simpanan tidak melulu soal uang, emas, deposito, atau segala hal yang menyangkut itu.

Harta simpanan bisa berupa orang tua yang menyayangi, lingkungan yang baik, dan sahabat yang saling tolong menolong dalam hal kebaikan.

Kenapa aku sebut harta simpanan yang berharga itu salah satunya sahabat? Karena orang terdekat adalah orang yang paling berpengaruh. Jika dia baik maka kita pun akan ikut baik. Jika dia buruk tidak mustahil kita pun akan ikut buruk.

Aku bersyukur mengenal mereka, para sahabat yang tidak hanya mendampingi tapi juga mengawasi. Tidak hanya menyayangi tapi juga menasehati.

Kita semua sama-sama berlomba menuju ridhoNya. Menjadi manusia yang sebaik baiknya. Menjadi seorang hamba yang bertakwa.

Semuanya pun tau, untuk menuju ke situ jalan yang harus di lewati panjang dan curam. Jika berjalan sendiri mungkin sangat sulit. Maka dari itu, disini kita sama-sama saling bergandeng tangan. Saling menguatkan. Saling nasehat menasehati. Saling mengingatkan.

Demi ridhoNya. Demi pembuktian cinta kami padaNya. Kami rela terseok-seok, kami rela bersusah payah, kami rela lelah. Asal semua itu Lillah. Karena Allah. Demi cinta kami padaNya

Bukan kah kelak di akhirat kita akan di bersamakan dengan yang kita cintai? Tempatkan cinta itu di tempat yang tepat.

Terima kasih Ya Allah memberikan ku rizki sahabat yang baik. 😊😊

Nahkoda yang sempat hilang

Dengan gaun pastel aku keluar dari kamarku. Kerudung yang terjulur indah dengan bordir menghiasi kepalaku. Kata mereka akulah yang paling cantik saat ini. Semua mata tertuju padaku saat aku keluar dari persembunyianku.

Riuh suara ucapan selamat yang keuar dari mulut mereka. Ada yang dari rekan dosen, ada yang dari rekan kerjanya, sahabat kami, murid-muridku, mahasiswa-mahasiswiku, dan bawahan-bawahannya.

Malaikat tak henti-hentinya melantunkan doa untuk kami di atas sana. Aku tidak pernah berpikir akan berada pada hari ini bersama orang yang sempat aku pikir tidak akan pernag lagi masuk ke kehidupanku.

Aku pernah kehilangannya karena salahku sendiri. Dia sempat memohon agar aku jangan pergi. Tapi aku memilih untuk pergi, meninggalkannya bersama perempuan lain. Buatku asal dia bahagia aku pun begitu.

Jarak, waktu, keadaan memisahkan kita, sangat tidak mungki kita akan bersatu. Tapi aku masih sangat percaya dia laki-laki baik, yang jika di arahkan ke jalan yang baik. Tidak pernah terputus dalam doaku untuk menyebut namanya. "Ya Rabb sampai detik ini aku masih percaya dia laki-laki baik. Izinkan aku untuk menemaninya dan menjadi teman hidup dunia akhiratnya dalam meraih keridoanMu Ya Rabb."

Hingga pada waktu yang tidak aku sangka Sang Maha Cinta meridhoi kita bertemu. Memperbaiki segala sesuatu yang rusak. Mempererat yang renggang.

Malam itu kau memberanikan diri untuk menyampaikan maksud baikmu. Kau tau aku tidak menjalin hubungan di luar hubungan pernikahan maka kau putuskan untuk menghitbahku.

Entah aku harus apa? Aku senang sekaligus takut. Takut kau akan menyakitiku seperti dahulu. Tapi kau berjanji atas nama Tuhan kau akan menjaga dan membimbingku. Menyayangi dan menjadikan ku yang lebih baik dari aku yang terdahulu.

Dan Allah meyakinkan ku. In shaa Allah kau akan menjadi nahkoda yang baik bagi kapal dan awak kita nanti. Hingga akhirnya aku percaya dan memutuskan untuk duduk di sampingmu saat ini. Laki-laki yang pertama kali aku genggam tangannya yang juga akan menemaniku menuju surga. Aamiin.

-Hana Larasati

Kau tau aku sangat bahagia hari ini, di hari  kau datang kerumah ku menyampaikan maksud baikmu.

Ya Rabb apa ini jawaban dari doa yang selalu aku lantunkan padaMu. Aku tidak pernah membayangkan akan bersanding dengan seseorang yang mencintaiMu dan kucintai.

Aku sangat bahagia, Kau menitipkan aku pada nahkoda yang benar. Yang akan membawa kapal kita menujuMu.

Ya Rabb terima kasih karena kau telah menitipkanku pada seseorang yang mencintaiku karena mencintaMu. Yang seluruh hidupnya di gantungkan padaMu. Ya Rabb.. terima kasih.

Cerminanmu

Hanya Allah yang tau maksud dari pesan singkat yang kau kirim padaku itu apa. Bukan aku malas untuk menebak. Aku hanya takut tak sengaja berharap di tengah tebakanku.

Aku hanya takut kecewa ketika aku menggantungkan harapanku kepada yang bukan selain Allah.

Apa lagi posisimu dan posisiku ibarat matahari dan bumi. Terlampau jauh. Sangat jauh. Dan aku sadar akan hal itu.

Kau idola dan aku hanya seorang pengagum, di tengah banyaknya pengagum. Aku tersembunyi. Kau tidak akan tau dan menyadari keberadaanku. Aku sadar posisiku.

Banyak wanita hebat disisimu dan aku hanya seorang pengeluh yang sedang mendalami agama.

Kau tau, bagiku kau sempurna. Kau yang menjaga izzah dan iffahmu. Kau yang tidak menyentuh dan disentuh oleh yang bukan  mukhrimu.

Aku tidak berani membayangkan akan bersanding denganmu melihat begitu banyak keunggulanmu. Kau terlalu tinggi untuk ku gapai.

Tapi aku juga tidak pernah putus berharap aku akan bisa sepertimu. Yang cinta dan taat pada Rabbnya, yang menjadi kebaggaan ibu bapaknya, yang pandai ilmu dunia dan akhiratnya.

Bukannya jodoh itu cerminan diri? Izinkan aku mempersiapkan diriku untuk menjadi cerminanmu. Doakan aku. Semoga aku mampu. Aamiin.

-Hana Larasati

Jumat, 04 Desember 2015

Rasa Yang Menyapa.

Selalu tertutur doa tapi tidak tau di peruntukan untuk siapa. Alurnya indah, seindah goresan firmanMu dalam kitabku.

Cinta yang bertasbih membawa hati ini, apa lagi yang bisa dilakukan seorang hamba selain menyandarkan hidup dan matinya. Lillah. Karena Engkau Ya Allah.

Bisikan doa dalam larutnya malam ku panjatkan di temani sunyi. Satu pinta ku pada Mu Yang Maha penyayang. "Aku tidak tau saat ini memohon doa untuk siapa. Aku juga tidak tau apa yang aku rasa. Tidak ada nama yang bisa aku adukan padaMu yang Maha Cinta. Tapi pintaku jelas semoga dia menjadikanmu prioritas utamanya. Yang haus akan ilmu dunia dan akhirat. Yang pekerja keras serta santun pada ibu bapaknya."

Di dalam sini seperti rasa tertekan yang mengusik. Sekali lagi aku tidak tau kenapa. Rasa yang tidak bisa ku tolak meski hati ku menjerit.

Aneh, aku tidak tau kenapa nadiku berdenyut merdu saat ini, apa ini cinta? Garis tanggan yang sudah Kau gambar tidak bisa lagi aku menentang. Sujud dan syukurku padaMu atas segala cinta.

Kamis, 03 Desember 2015

Pemuja Rahasia

Tidak semua perasaan harus di ungkapkan. Tidak semua kata harus diucapkan.

Memendam bukan sifat pengecut. Setiap orang punya alasan untuk menjadi pemendam. Toh Ali dan Fatimah dulu juga saling memendam sebelum akhirnya bersama.

Aku juga pernah merasa takut jika kamu pergi. Tapi aku ingat kalimat rukun iman yang ke 6 yaitu kita harus mempercayai takdir baik dan buruk.

Jika kamu pergi, ya.. aku harus merelakan. Karena dalam cinta itu ada dua macam : berjuang atau merelakan. Untuk saat ini aku pilih yang kedua.

Karena aku sadar berjuang tidak cukup hanya dengan modal niat, aku harus siap dengan perbekalan yang banyak supaya tidak terlantar kita di tengah jalan dan saat ini bekalku masih minim. Aku harus banyak belajar. Kau pun pasti setuju bahwa seorang wanita wajib cerdas karena dari rahimnyalah penerus bangsa di lahirkan dan aku ingin menjadi ibu yang cerdas untuk anak-anakku.

Saat seseorang pergi dari hidup orang lain, sebagian orang percaya bahwa orang itu bukan yang terbaik, tapi aku berpikiran beda. Mungkin aku yang tidak cukup baik untuk mendampinginya.

Saat orang-orang berlomba memohon jodoh yang baik, aku hanya minta akhlakku di perbaiki, ilmuku di tinggikan, dan kesabaranku di tingkatkan, serta kerja kerasku di giatkan. Kenapa aku memohon itu? Karena aku sadar jodoh ku cerminanku. Apa adil aku berharap tapi aku tidak bisa menjadi harapan?

Aku ingin bersanding dengan yang sebanding. Targetku tidak rumit cukup kau jadi laki-laki yang Takut pada Allah dan patuh pada ibu bapakmu dengan lapang dada ku buka pintu hatiku.

Tapi sekali lagi semua kembali padaku, karena kau adalah cerminan ku. Aku harus menjadi lebih baik dari diriku yang dulu.

-Hana Larasati

Rasa Takut

Aku akan membaca tulisanmu yang setiap hari berganti sambil mendoakanmu dari jauh, selama aku tidak bisa melakukan apapun saat ini. Sekalipun kesempatan itu ada, aku merasa tidak semua kesempatan mesti diambil.

Aku masih menatap layar handphone sambil mendoakanmu dari jauh. Sekalipun tangan dan kaki ini begitu ingin bergerak menolongmu ketika kamu bersedih. Tapi apa yang bisa aku lakukan. Memelukmu? Tidak mungkin laki-laki itu masih punya agama Han.

Aku masih memperhatikan mu lewat kata-kata yang tetulis di media sosialmu sambil mendoakanmu dari jauh. Aku hanya memastikanmu baik-baik saja, setidaknya aku tau apakah kau sedang bersedih atau bahagia hari ini. Sebab aku tidak bisa berada di dekatmu saat ini. Tuhan tidak menyukainnya. Bahkan ketika aku bersembunyi-sembunyi seperti ini pun aku masih merasa takut bahwa Dia cemburu karena aku menduakan-Nya.

Lalu aku bersimpuh, menanyakan pada diri sendiri mengapa aku takut untuk melangkah lebih jauh. Aku terlalu takut pada kenyataan bahwa aku memang penakut. Aku ingin bertanya pada Tuhan mengapa aku begitu takut. Apakah Tuhan cemburu karena aku lebih mencintai makhlukNya dari pada diri sendiri?

-Hujan Matahari

Karena Apa?

Kira-kira apa yang membuatmu jatuh cinta? Aku penasaran ingin tau. Aku ini tidak baik, menurutku.

Aku kurus kata orang-orang. Kusam. Tidak lebih menarik dari orang di luar sana. Aku tidak suka memakai pakaian terkini. Aku, ya seperti ini. Aku berantakan. Kira-kira apa yang membuatmu cinta?

Aku tidak suka membaca buku seperti kamu. Apa lagi tentang cinta walaupun tulisanku kebanyakan soal cinta tapi aku tidak suka.

Aku juga jarang melakukan perjalanan menyeramkan. Bagiku naik gunung itu menyeramkan. Asal kamu tau, meski aku ingin sekali tau bagaimana rasanya. Kira-kira apa yang membuatmu cinta?

Almamater sekolahku pun tidak sepopuler kamu. Almamaterku hanyalah butiran debu. Tidak di kenal nasional apa lagi internasional. Orang lokal pun bertanya itu apa dan dimana? Aku sudah biasa mendapat pertanyaan itu. Kira-kira apa yang membuatmu cinta?

Agamaku pun belum begitu baik. Aku tidak sebaik dirimu dalam hal ini. Tidak serutin kamu membaca kitab suci. Tidak sepandai kamu menjaga pergaulan. Aku masih bersalaman dengan lawan jenis. Sementara kamu, begitu santun menjaga diri. Kira-kira apa yang membuatmu cinta?

Aku tidak lemah lembut. Kata kataku keras dan tegas. Aku termasuk galak. Aku tidak tau, kira-kira apa yang membuatmu cinta?
Aku tidak suka kopi. Tentu tidak bisa menemanimu minum kopi seperti keseharianmu. Lebih dari itu, aku mungkin tidak bisa menemanimu minum kopi kesukaanmu sambil membaca buku. Ah aneh, kira-kira apa yang membuatmu jatuh cinta padaku?

Rabu, 02 Desember 2015

Jarak Samudra

Jarak yang harus kamu ambil denganku adalah serupa bentang samudra. Harus jauh membentang. Tidak perlu tanggung tanggung: dekat tidak-jaih juga tidak. Jauh sekalian.

Aku hanya ingin melihat kesungguhanmu. Karena jarak yang jauh dan rintangan yang besar akan membuat padam nyali orang yang tidak berani.

Aku membuat mundur orang yang tak cukup ilmu. Membuat takut orang yang tak cukup percaya kepada Tuhan.

Jarak yang harus aku ambil terhadapmu aku pilih sejauh mungkin. Biarkan aku menjadi tujuanmu. Agar kamu memaksimalkan usahamu untuk mencapainya.

-Hujan Matahari

Keterjagaan.

Aku masih menyimpan tanganku untuk menggegammu, tangan laki-laki peryama kali.

Aku masih menyimpan hatiku untuk mencintaimu, hati laki-laki pertama kali.

Aku masih menyimpan bahuku untuk tempatmu bersandar, untuk laki-laki pertama kali.

Aku masih menjaga tubuhku untuk memelukmu, memeluk laki-laki pertama kali.

Aku masih menjaga bibirku untuk menciummu, mencium laki-laki peryama kali.

Kau tau menjaga itu susah? Keterjagaan itu penting. Menjadikanmu sebagai yang pertama kali adalah hadiah untuk pertemuan hidup kita nanti.

Semuannya akan ku berikan pertama kali. Tidak ada yang bekas, semua masih baru. Keterjagaan yang sulit aku lakukan seorang diri. Kau pasti setuju perempuan harus menjaga dirinya bukan?

-Hujan Matahari