Kamis, 31 Desember 2015

Si Kecil Yang Mengugah Iman

Tepat jam 4 sore, ku rebahkah tubuh lelah ku. Bau asap dan debu jalanan mengelayuti tubuh lemahku. Tulangku serasa berpindah tempat sangking lelahnya.

Hari ini jadwal mata kuliahku penuh dari pagi hingga sore. Diawali lab sampai kejar-kejaran dengan dosen bimbingan metode penelitian itu makanan sehari-hariku.

Dari luar kelihatannya kuliah itu menyenangkan. Duduk dikelas, mendengarkan dosen (itu juga kalau mau) lalu pulang, tapi kenyataannya sangat berbanding terbalik. Ada jiwa-jiwa yang tertekan di dalam sana, bertarung melawan  sang dewa mata kuliah yang hanya tau kata benar dan benar.

Aku mahasiswi teknik. Anak teknik terkenal tahan banting. Tak banyak perempuan yang ingin masuk ke fakultas itu. Hanya yang cukup kuat yang mampu bertahan.

Ku bolak balikan badan kurusku di tempat tidur. Sejenak melepas lelah dan bermanja-manja pada sang kasur. Ku buka handphone ku, sepertinya tadi ada pesan yang aku belum baca. Ternyata dari sahabatku.

" Na, ngajar yuk." Jujur aku sangat malas hari itu karena jika aku mengajar aku harus setor hafalan qur'an ku. Aku lelah sekali, akhir-akhir ini banyak tugas kuliah yang menumpuk membuatku jarang menyentuh Al-qur'anku, tapi di sisi lain aku juga tidak enak untuk menolak ajakannya. Jadi aku putuskan untuk datang.

Aku mengajar di TPA dekat rumahku, tidak besar dan tidak terlalu banyak juga muridnya. Aku mengajar dengan suka rela di sana, awalnya hanya mengisi waktu luang tapi lama-lama jadi keterusan.

Sekarang tepat pukul 04:30 sore, dan aku seperti biasa duduk menunggu semua anak datang. Aku duduk di sebelah anak laki-laki kecil sambil mencoba menghafal, hafalan surat yang di berikan Mba Utami padaku. Tak di sangka ternyata anak kecil itu melakukan hal yang sama. Dia bolak-balik juz'ama nya sambil komat-kamit membaca lafaz yang ada di dalamnnya. Iseng ku tanya dia.

" Kamu ngapain?"

"Menghafal mba."

"Hari ini ada hafalan?"

"Enggak mba."

" Kok ngapalin?"

"Emang menghafal cuma boleh kalau ada hafalan aja ya mba?"

Kepalaku serasa di benturkan ke tembok. Dia yang masih kecil saja sadar bahwa Al-qur'an itu pedoman hidup dan menghafal Al-qur'an itu wajib bagi umat yang mengaku Islam. Sedangkan aku, akhir-akhir ini malas sekali menghafal dengan alasan tugas. Dari luar aku gembar gemborkan rasa cintaku padaMu Ya Rabb, tapi dalam pengaplikasian di dunia nyata aku nol besar bahkan kalah dari anak kecil yang aku angap tidak tau apa-apa. Ku jawab pertanyaannya dengan terbata.

"Eng..gak kok enggak. Bagus malah menghafal terus."

" Tapi saya masih belum lancar mba, bacanya. Allah marah gak ya mba?"

" Enggak lah Allah kan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Orang yang masih terbata-bata membaca Al-Qur'an itu nanti dapat 2 pahala. Pahala belajar sama pahala membaca Al-qur'an. Kamu baca terus kan setiap hari di rumah?"

"Iya mba, emang ada orang yang setiap hari gak baca Al-qur'an?"

Hatiku tersentak lagi, kadang yang kita angap tidak tau apa-apa, malah yang lebih paham. Kepolosan dan kemurnian dari seorang anak kecil lebih baik dari kepintaran dan ke sok tauan orang dewasa.

Anak kecil kebanyakan mendengar, menyimak, dan mempraktekan beda dengan kebanyakan  orang dewasa hanya mendengar, menyampaikan, tapi sedikit yang mempraktekan.

-Hana Larasati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar