Senin, 21 Desember 2015

Dia...Diaku.

Jika kamu tau sosok dia yang sering aku sebut di depan mu adalah kamu. Entah apa reaksimu. Pasti kamu akan menjauh dan aku akan segan. Kita tidak lagi sama seperti dulu. Oh... tidak tidak. Buatku itu bencana besar.

Aku sengaja menutup rapat sosok diaku di depanmu. Karena aku tau akan seperti apa reaksimu, atau kenyataan bahwa kau tidak pernah merasakan apa yang ku rasa. Aku simpan rapat-rapat identitas diaku dalam kardus besar. Kamu tidak akan pernah menemukannya.

Kamu tau aku merahasiakan sosok dia di depanmu karena aku senang aku bisa mendeskripsikan dia, di depanmu tanpa rasa cangung dan malu. Aku leluasa bercengkrama dengan kamu dalam membahas diaku yang ternyata kamu.

Aku suka keadaan ini. Seperti keadaan ketika kamu menangis di tengah hujan. Orang hanya tau yang di wajahmu adalah air hujan bukan air mata. Sekiranya seperti itulah aku.

Kamu tau, mungkin ini aneh tapi ini nyata. Aku nyaman bersamamu. Sahabat tergilaku, tempat pelampiasan amarahku, tempat aku menumpahkan segala tangisanku, salah satu orang yang membuat aku tertawa hingga menangis.

Laki-laki dengan perawakan tinggi tegap itu, dan matanya yang kecil berkilau serta kulitnya yang putih entahlah ada apa di dirimu bisa-bisanya membuatku candu dalam canda. 

Dasrar kau. Diaku.

-Hana Larasati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar