Sabtu, 13 Januari 2018

Menulis Itu Mengasikkan.

Pada detak yang menghasilkan detik. Tergulir pemikiran untuk menanyakan hal yang sudah mengakar.

"Bagaimana jika pengagummu seorang penulis?" 

Kutanya begitu, saat hari Selasa tepat pukul 02:00 AM. Dia hanya membalas pesanku dengan tawa.

"Bagaimana jika pengangummu seorang penulis?" Ku tanya lagi padanya.

"Aku akan jadi pembaca setianya."

"Meski kau tak suka baca?"

"Iya, meski aku tidak suka membaca?"

"Kenapa?"

"Karena jika penulis jatuh cinta, maka aku akan selalu abadi dalam karyanya."

Sekarang aku yang tertawa.

"Kenapa kamu suka menulis?" Kali ini dia yang balik bertanya.

"Menyenangkan."

"Makan ice cream juga menyenangkan."

"Tapi makan ice cream gak bisa setiap hari. Nanti pilek. Menulis bisa dan gak bikin pilek."

Dia tertawa. "Serius Hana."

"Aku suka menulis karena aku bisa berbicara pada diriku sendiri, namun orang lain bisa ikut merasakannya."

"Itu sebabnya banyak orang yang bisa kau menangkan hatinya?" Dia terkekeh.

"Menulis itu bukan tentang memenangkan hati siapa pun. Tapi lebih kepada memenangkan hatiku sendiri dan menebarkan cinta kepada para pembaca. Masalah bahagia atau tidak biar mereka yang memaknainnya."

"Pantas banyak yang bilang penulis itu romantis."

"Menurutmu aku begitu?" Tawaku.

"Tidak."

"Kenapa bukan kamu saja yang jadi penulis?"

"Biar apa?"

"Romantis."

"Aku gak bisa nulis."

"Bukan gak bisa. Hanya belum ada kemauan. Ilmu itu diusahakan, bukan ditunggu untuk datang. Termasuk ilmu menulis."

"Apa untungnya buatku?"

"Banyak, jika kau mau tau. Salah satunya adalah kau bisa menembus jutaan kepala hanya dari satu karya."

Jika kau seorang penulis kau tak perlu marah-marah untuk menyampaikan argumentasimu. Tak perlu juga menangis untuk mendeskripsikan perasaanmu. Kau cukup menulis dengan jujur apa yang ada dihatimu dan mereka pun akan tau tanpa perlu susah payah kau beri tau. Menulis itu menyenangkan kan? Jadi kapan kamu mau beralih dari seorang pembaca ke penulis?

-Hana Larasati

2 komentar: