Rabu, 22 Januari 2014

Sakit Hati dan Media social



Kadang ketika lo sakit hati, hanya lo yang bisa ngobati rasa sakit itu sendiri. Iya sendiri.
Ada yang bilang buat ngilangin sakit harus nyari penganti orang itu. Tapi gua punya pemikiran sendiri kita  ibaratkan sakit hati kaya luka ditelapak kaki. Lu gak akan bisa memfungsikan kaki lu dengan baik kalo luka itu belom sembuh, lu harus ngobatin luka itu sampe dia bener-bener sembuh supaya lu bisa memfungsikan kaki lu dengan baik. Sama kaya hati, lu harus ngobatin sakit hati lu sampe dia bener-bener sembuh supaya dia bisa berfungsi dengan baik.
Kadang ketika lu sakit hati yang lu butuhin bukan orang penganti, tapi perhatian penganti. Kerena ketika sakit obat yang paling mujarab adalah perhatian. Gak tau kenapa perhatian itu kaya punya unsur magic tersendiri yang bikin mood seakan balik lagi.
Entah itu dari sahabat, orang tua atau apa pun, perhatian itu sangat dibutuhkan. Dengan perhatian kita merasa masih diperdulikan. Masih dianggap ada, gak merasa sendirian. Iya perhatian.
Lalu kenapa kebanyakan orang lebih memilih mencurahkan isi hatinya ke media social? Jawabanya simple, yak karena media social satu-satunya tempat yang dia rasa bisa memahaminya, bisa memberi perhatian disaat dunia nyata mengacuhkanya. Ia kadang kita suka mengejudge orang yang suka curhat di twitter atau fb itu alay tapi apa kita pernah berpikir kenapa dia melakukan itu?
Kebanyakan orang yang suka curhat di media social karena jiwanya kosong, ketika seluruh dunia berpaling padanya dia pun berpaling ke media social yang dia rasa bisa mengerti dia. Bukanya itu udah naluri setiap manusia ya, manusia akan mencari tempat dimana dia bisa nyaman dan mengerti isi hatinya.
Yak maka dari itu buat lo, lo, dan lo yang suka ngejudge orang yang suka curhat di sosmed itu alay coba dah liat dari sisi terdalamnya mungkin aja dia kesepian sehinga memalingkan dunia nyata untuk dunia maya dimana dia bisa menemukan apa yang dia cari selama ini, perhatian. Atau mungkin gak ada satu orang pun yang mengerti dia dan akhirnya dia pun menuangkan unek-uneknya kedalam sosmed itu. We never know… karena dalamnya hati manusia gak ada yang tau. Tapi coba deh buat sedikit aja peduli sama keadaan lingkungan sekitar, coba lebih peka sama perasaan orang lain. Dijaman moderenitas ini rasanya kita krisis akan rasa peka antar sesama manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar