Jumat, 17 Januari 2014

Surat untuk Tuhan :))



Tuhan.. selamat pagi, atau selamat siang, dan selamat malam. Aku tak tau di surga sedang musim apa? Penghujan atau kemaraukah? Ataukah mungkin sekarang sedang turun salju? Di sana pasti indah. Kalau boleh berbincang sedikit, aku ingin sekali melihat salju Tuhan, semoga nanti setelah dewasa aku bisa melihat salju secara langsung.
Aku tau Enkau tidak pernah sibuk, aku tau Engkau selalu mendengar isi hatiku, meskipun Engkau tak segera memberi pukpuk dibahuku. Aku tak perlu curiga padaMu , soal Enkau mendengar doaku atau tidak. Aku tau telingaMu selalu tersedia untuk siapapun yang percaya padaMu. Aku tau pelukanMu selalu terbuka untuk siapapun yang lelah pada dunia. Aku mengerti tanganMu selalu siap menyatukan kembali kepingan-kepingan hati yang patah.
Masih tentang hal yang sama Tuhan. Aku belum ingin ganti topik. Tentang dia, seseorang yang namanya selalu ku perbincangkan sangat lama bersamaMu. Seseorang yang selalu ku sebut dalam setiap kata ketika aku berbicara panjang denganMu.
Aku sudah tau, perpisahan yang Kau ciptakan adalah sesuatu yang terbaik untukku. Aku mengerti kalau Engkau sudah mempersiapkan seseorang yang jauh lebih baik darinya. Tapi…… bukan berarti aku harus absen menyebut namanya dalam doaku bukan? 
Nah… kalau yang ini aku juga sudah tau, dia sudah menemukan penggantiku, entah lebih baik atau lebih buruk dariku. Atas alasan apapun aku harus turut bahagia mendengar berita itu, karena ia tak perlu merayakan kesedihanya seperti yang aku lakukan beberapa hari terakhir ini. Seiring mendapatkan penggantiku, ia tak perlu merasa galau ataupun merasa kehilangan. Sungguh…. Aku tak pernah ingin dia merasakan sakit seperti yang aku rasakan Tuhan. Aku tak pernah tega melihat kecintaanku terluka seperti luka yang belum juga kering didadaku. Aku hanya ingin kebahagiaanya terjamin olehMu, dengan atau tanpa ku. 
Tolong kali ini jangan tertawakan aku Tuhan. Aku tentu saja menangis, dadaku sesak ketika tau semua berlalu begitu cepat. Apalagi ketika dia menemukan penggantiku hanya dalam hitungan jam. Aku memang tidak habis pikir. Padahal aku sedang menikmati perasaan bahagia yang meletup pelan-pelan itu. Bukannya ingin berpikiran negative tapi itu yang aku rasakan selama ini Tuhan. Sepertinya aku belum cukup cerdas untuk mengerti wajah dan kenampakan aslinya. Aku hanya melihat segala hal yang ia tunjukan padaku, tanpa pernah tau apa yang sebenarnya ada didalam hatinya. Aku tidak tau bagaimana kabarnya sekarang. Bagaimana hubungan dengan kekasih barunya. Aku tidak terlalu ingin mengurusi hal itu. Aku yakin dia pasti bahagia, karena begitu mudah mendapatkan penggantiku.
Aku percaya dia sedang dalam titik jatuh cinta setengah mati pada kekasih barunya. Dan tidak lagi membutuhkan aku dalam helaan nafasnya. Permintaan yang sama seperti kemarin Tuhan, jagalah kebahagianya untukku. Bahagiakan dia untukku. Senyumnya adalah segalanya yang kuharapkan. Bahkan aku rela menangis untuknya agar ada lengkungan senyum dibibirnya. Aku ingin lakukan apa pun untuknya tanpa mengurangi rasa cintaku padaMu Tuhan. Aku memang tak menyentuhnya. Tapi…. dalam jarak sejauh ini aku bisa memeluknya dalam doa.
Pernah terpikir agar aku bisa terkena amnesia atau gagar otak dan melupakan segala sakit yang pernah ku rasa. Agar aku tak pernah merasa kehilangan dan tak perlu menangisi perpisahan. Rasanya hidup tak terlalu rumit jika setiap orang mudah melupakan rasa sakit dan hanya mengingat rasa bahagia. Namun…. Aku tak tau hidup bisa seperti itu. Harus ada rasa sakit agar kita tau rasa bahagia. Tapi.. bagiku rasa sakit yang terlalu sering bisa membuat seseorang menikmati yang telah terjadi. Itu dalam presepsiku loh Tuhan.
Aku memang tak perlu meratap, karena sepertinya ia bahagia bersama kekasih barunya. Ia pasti telah menemukan dunia baru  yang indah dan menyenangkan. Aku turut senang jika hal itu benar, kembali pada bagian awal Tuhan. Aku tak pernah ingin dia merasakan sakitnya perpisahan, seperti yang aku rasakan.
Akhir percakapan, aku tidak minta agar dia segera putus dengan kekasihnya, atau hubungan mereka segera kandas di tengah jalan. Aku hanya minta agar telat makannya dihilangkan supaya dia tidak terkena maag. Agar ia tidak tidur hingga larut malam. Agar ia tidak sakit ketika tubuhnya kelelahan dihajar tugas. Semoga kekasih barunya mengerti betul kebiasaannya seperti aku mengerti rasa sakitnya.
Kembali pada bagian awal. Aku hanya ingin dia bahagia Tuhan. Itu saja cukup. 

2 komentar: