Selasa, 02 September 2014

Tanah Surga "Katanya"



Pagi  ini terlihat tidak ramah. Dingin, gelap, dan agaknya matahari pun engan untuk menapakan wujudnya, sangat tidak ramah. Mungkin langit sedang marah. Sesaat kemudian langit dengan jahatnya menurunkan hujan yang sangat deras bagai air yang di tumpahkan. Mungkin bagi sebagian orang hujan adalah berkah tapi pada saat ini hujan menjadi bencana untuk anak-anak kecil ini.

Walaupun hujan sangat deras tapi semangat bocah-bocah kecil itu tidak pernah luntur, dengan nekatnya mereka tetap berlari menerobos derasnya hujan sampai tertatih-tatih demi mengejar waktu. Tak perduli dinginya air hujan pagi ini, tak perduli tubuh kecilnya itu mengigil. Mereka terus berlari berkejar-kejaran dengan waktu.

Mungkin kalau aku di posisinya aku akan memilih untuk duduk manis di rumah menikmati teh hangat. Persetanlah dengan apa yang orang-orang sebut  “sekolah” terlalu banyak peraturan disana, terlalu banyak larangan, terlalu banyak drama. Tapi mereka terus berlari, mengejar apa yang dituju, mencari apa yang mereka sebut “ilmu”.

 Ilmu? Terkadang aku berfikir apakah indonesia kenal dengan definisi “ilmu” ? Mungkin. Tapi definisi ilmu versi Indonesia. Ilmu yang diketahui indonesia adalah nilai tinggi, peringkat pertama, sekolah ternama tanpa mereka perduli lewat proses mana  “ilmu” itu di dapat. Apakah mencontek? menyogok? Hahaha itu sebabnya murid sekarang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka sebut ilmu.

Tapi lihatlah anak-anak itu. Semangat dari tubuh kecilnya. Seorang anak dari desa terbelakang. Desa yang jarang di injak pejabat-pejabat tinggi. Semangatnya belajarnya tidak luntur oleh hujan deras atau terik matahari. Walaupun bersekolah ditempat yang hanya berdinding bambu dan beratap jerami tidak pernah aku lihat kemalasan dari wajah-wajah lugu mereka.  Dengan lantai tanah yang kalau musim hujan becek dan ketika tiba kemarau berdebu mereka tidak pernah mengeluh. Tidak pernah sedikit pun terfikir di benaknya tentang  konspirasi yang terjadi di dalam dunia pendidikan, yang mereka tau bagaimana bisa sampai disekolah tanpa telat dan mendapatkan pelajaran.

Terkadang aku mendengar nada-nada perusak mental yang menanyai mereka “kenapa sih mau bersekolah ditempat yang lebih mirip dengan kandang ayam itu?” dan aku selalu mengingatkan kepada mereka. “ kalian semua, ingat sekolah itu hanya bangunan. Kuncinya itu ada disini (hati) dan disini (otak). Ilmu itu tidak mengenal kata dimana tapi bagaimana. Untuk menjadi sukses bukan dimana kalian mendapatkan ilmu tapi bagaimana cara kalian mendapatkanya.”
  
Sejauh 10 km mereka lalui setiap harinya, menuruni gunung, melewati hutan sepertinya rutinitas yang sangat biasa. Jalan terjal dan curam dengan diameter hanya 1 meter yang diapit oleh 2 jurang sepertinya sudah menjadi sahabatnya. Sering terbesit pertanyaan mengelitik dalam benak ku. “Apa cita-cita kalian?  dan inilah jawaban yang aku dapat dari murid ku Aku tidak punya cita-cita bu guru.” Jujur saja ketika dia mengatakan hal ini air mata ku jatuh. Sekejam apa negri ini hingga anak sekecil ini takut untuk bermimpi?
Tuhan, aku bisa lihat semangatnya, tapi tidak impianya. Mau jadi apa Ya Tuhan jika untuk bermimpi saja mereka takut. Apakah sesulit ini untuk mendapatkan ilmu di negri yang “katanya” tanah surga? Hey petinggi-petinggi negri lihatlah! Apakah sesulit ini untuk mendapatkan sebuah pendidikan di negara kita! Hey orang-orang yang katanya pengayom bangsa buka mata kalian. Lihatlah anak-anak  timur ini! Anak-anak yang selalu kalian anak tirikan.

Aku selalu berpikir buat apa 69 tahun kita merdeka, dan setiap tahun kita selalu mengibarkan bendera tapi masih banyak rakyat yang menderita. Negri kita ini seperti Palestina hanya dalam kondisi yang berbeda. Jika memang kita merdeka kenapa pendidikan dan kesehatan masih sulit seperti di jalur Gaza?
Ada jerit kemarahan setelah kata-kata polos itu terlontar dari bibir bocah itu. Ingin rasanya berteriak, memaki semua yang ikut berkonspirasi di sini. Tapi aku bisa apa? Aku hanya seorang guru honorer yang di tugaskan di sini yang gajinya pun belum tentu 1 bulan turun, bisa apa aku?

Dalam dialog dengan diriku sendiri akhirnya aku sadar aku bisa, aku bisa merubah pemikiran mereka. Memotivasi mereka untuk berani bermimpi, karena mimpi adalah kunci untuk memotivasi diri mereka supaya menjadi yang lebih baik.

Akhirnya aku mengikuti anak-anak itu ke desa mereka yang terletak di kaki gunung. Setelah sampai aku pun berdialong dengan masyarakat disana. Hampir semua masyarakat disana masih mengunakan tungku untuk memasak. Bukanya tidak kebagian subsidi LPG dan kompor gas tapi mereka tidak bisa memakainya dengan baik dikarenakan sulitnya untuk membeli gas itu, mereka harus kekota yang jaraknya sekitar 20 km dari desa mereka untuk mendapatkan gas dan itulah sebabnya mereka engan mengunakan kembali bantuan dari pemerintah itu, dan aku melihat banyaknya ternak disana, akhirnya aku pun mendapatkan ide.

Pada bulan Juli nanti ada ajang lomba karya ilmiah antar kabupaten dan aku pun berniat untuk mendaftakan anak-anak muridku untuk ikut lomba tersebut, dan tawaranku mendapat sambutan yang sangat baik. Mereka sangat bersemangat untuk mengikuti lomba itu. Kita akan membuat bio gas berkaitan dengan banyaknya ternak di desa mereka dan aku melihat banyak limbah dari ternak yang tidak digunakan dan dengan sedikit ilmuku aku berencana mengubah apa yang mereka pikir tidak berguna menjadi sesuatu yang sangat menguntungkan.

1 bulan sudah kita lewati dengan berbagai macam percobaan dan penelitian akhirnya apa yang kita usahakan berhasil, dan kami pun berbondong-bondong pergi ke kota untuk mempresentasikan hasil karya kami dan Alhamdulillah nya kami juara. Rasa suka cita itu tak dapat aku bendung lagi rasanya jantungku ingin melompat dari tempatnya. Melihat perjuangan kita yang tidak instan yang  berkali-kali mengalami kegagalan dan akhirnya kita menang. Kita bisa menunjukan kepada mereka bahwa kita bisa. Kita yang selama ini tersisihkan tak kalah berprestasi dengan mereka yang dikota.

Dan hasil percobaan kami pun kini bisa diaplikasikan oleh masyarakat desa dan kamu, murid kecilku akhirnya cita-citamu ingin mengubah desamu sedikit demi sedikit mulai terwujud. Ini bukan apa-apa masih banyak perubahan-perubahan yang bisa kalian ciptakan dari tangan-tangan kecil kalian. Karena kalian adalah penerus bangsa. Jangan pernah takut bermimpi karena keberhasilan berasal dari sana dan jangan lupa untuk terus berdoa dan berusaha dengan giat, karena mimpi tanpa usaha dan doa hanya akan menjadi  mimpi.
****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar