Selasa, 11 Oktober 2016

Maaf.

Senja, kali ini aku menikmati sinarmu seorang diri. Di tempat kesukaanku, aku duduk menekuk kaki dan mengerjakan beberapa tugas ringan. Di temani lantunan suara Raisa aku hanyut di keadaan itu.

Aku rasa hari ini cukup baik. Tanpa kehadirannya yang selalu mengoceh di sampingku. Ya, aku rasa cukup baik.

Oke oke, kau tau kalimat di atas bohong. Aku tidak cukup baik. Ada sebagian diriku yang hilang saat dia tidak ada. Hampa dan sepi. Aku tau itu.

Aku sempat bertemu dengannya siang ini. Tapi, dia malah membalikan badannya dan membelakangiku.

Padahal aku ingin bilang, dia sangat tampan dengan stelan kemeja hitam polos yang dia kenakan. Tapi apa daya, dia seolah tak ingin melihat wajahku.

Di tengah lamunanku aku mendengar hentakan kaki yang mendekat ke arahku. Aku pun menolehh dan tersenyum kepada orang itu.

"Hai." Sapanya.

Aku pun tersenyum membalasnya.

"Sendirian? Satpamnya mana?" Katanya.

"Ada di kulkas. Haha."

"Pasti lagi marahan."

"Beda pendapat doang, gak sampe marahan." Kataku sambil terus menulis tugas.

"Tadi gua ketemu dia." Lanjutnya.

"Dianya siapa?"

"Dianya elu."

"Oh."

"Dia cerita." Katanya yang sekarang mulai duduk di sisiku.

"Cerita nenek sihir?"

"Bukan."

"Ceritain elu." Lanjutnya.

"Katanya?"

"Tadi siang ketemu ya?"

"Iya."

"Terus lu malah ngobrol sama cowok."

"Ngobrolin tugas."

"Terus.."

"Dia ngebelakangin gua kan. Childish." Potongku.

"Hahahahahaha. Udahan kek ngambeknya."

"Enggak ngambek kan gua bilang."

"Kadang cewe tuh gak pernah tau, kalo cowo gak bisa sebebas mereka menyampaikan apa yang dia rasa."

"Ini curhat?"

"Dengerin dulu."

"Iya."

"Dia sebenernya pengen bilang dia khawatir. Apa lagi lu gampang sakit. Dia gak mau lu sakit kalo lu kecapean."

"Tapi mau gimana lagi, emang kerjaan gua begitu."

"Iya, dia bilang dia tau. Tapi sekali-sekali refreshing lah. Waktu dia ajak nonton lu gak mau."

"Gua takut gelap. Lagi pula waktu itu gua lagi bokek."

"Kan di bayarin sama doi."

"Emang dia bapak gua yang nangung biaya hidup gua."

"Itu yang dia gak suka. Elu tuh apa-apa gak mau nurut."

"Lah kan dia bukan Tuhan yang harus gua turutin segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Haha." Kataku.

"Tapi sekali-sekali jadi cewe pada umumnya lah Han. Yang nurut kalo mau di bayarin, di ajak jalan."

"Wessttt. Aku berbeda, aku tak sama, aku bukanlah sebuah boneka~" kataku sambil menyanyikan lagu baby doll.

"Tau ah." Dia mulai sebal.

Aku pun tertawa.

"Bilang ke dia, makasih buat semua niat baiknnya. Terus, bilangin juga kalo ngumpet cari tempat yang strategis. Keliatan tuh." Kataku sambil sedikit berteriak dan melirik ke salah satu pilar besar.

Aku sudah tau dia ada di sana, tepat saat temannya datang menghampiriku. Makanya aku tersenyum.

Dia pun berjalan mendekat dengan senyum yang salah tingkah.

"Apa lo." Kataku sambil menahan tawa.

"Emang dasar bocah pinterr, gua suruh nunggu di kantin aja malah nyusul." Kata temannya.

"Muka lu gak bisa di percaya. But thanks bro." Katanya sambil menepuk pundak temannya.

"Besok lagi, jangan mau di suruh-suruh sama dia." Kataku sambil tersenyum.

"Kalo enggak mau, nanti nilai gua E lagi Han. Kan gua ngulang yang megang dia nih. Gua gak mau ngulang untuk yang ketiga kalinya." Kata temannya.

Aku hanya tertawa.

"Yaudah gua pamit yo. Yang akur." Kata temannya.

"Iyeh makasih." Katanya.

"Tiati di jalan." Kataku.

Dia pun berlalu pergi sambil melambaikan tangan.

"Ngapain nyuruh-nyuruh orang, gak punya mulut buat ngomong sendiri?" Kataku sarkas.

"Kalo aku yang bilang kamu kan gak mau denger." Katanya tertunduk.

"Iyalah gak mau denger." Masih dengan intonasi galak

Dia masih terdiam.

"Tapi makasih udah khawatir." Kataku

Dia pun tersenyum.

"Aku cuma gak mau jadi perempuan yang lemah. Selama aku bisa sendiri aku harus kerjain sendiri."

"Tapi.."

"Enggak apa-apa."

"Makasih udah jadi orang yang selalu peduli." Lanjutku.

"Sama-sama."

"Maaf juga udah galak."

"Tapi tetep aja enggak bisa."

"Bisa kok."

"Mana ada orang marah sambil nahan senyum." Katanya.

"Biarin." Kataku sambil bersiap untuk berdiri.

"Kumis." Panggilku saat sedang berjalan.

"Kamu ganteng pakai kemeja itu. Suka." Lanjutku dan aku pun meneruskan langkahku.

Dia tersenyum.

"Gak aku ganti ah sampai wisuda."

"Ya jangannnnn. Ngaco hahha." Kataku.

Akhirnya aku menikmati sinarmu kembali dengan partnerku, senja. Jangan bosan mendengar kisah kita.

-Hana Larasati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar