Senin, 16 Juni 2014

Belajar dari Salman Al Farisi




Hai Tuan, kali ini akan ku ceritakan kisah tentang sahabat Rasulullah, Salman al Farisi. Aku harap kau mau membacanya hingga selesai, jikalau tidak kau boleh menutupnya saat kau baca paragraf pertama. Kali ini temanya masih sama, soal merelakan dan mengikhlaskan. Kamu tentunya sudah tau merelakan dan mengikhlaskan bukanlah hal yang mudah. Merelakan yang pernah ada menjadi tidak ada adalah sesuatu yang sangat rumit untuk dijabarkan.
Aku selalu suka membaca kisah-kisah jalan cinta para pejuang, dari novel Salim al filah. Semuanya begitu menyentuh. Itulah cinta sejati, mereka berkorban atau mempersilahkan. Semua yang mereka lakukan hanya karena mereka percaya bahwa Allah selalu bersama mereka, dan Allah akan memberi  petunjuk.
Aku tau perasaan Salman saat gadis yang Ia lamar malah memilih pengantarnya Abu darda, untuk menjadi suaminya. Aku tau dalam hati Salman pasti berkecamuk parasaan, sakit, kecewa, merasa dikhianati, malu, dan tentunya sedih. Kenapa aku bisa tau? Kerena itu yang aku rasakan ketika kamu memilih perempuan itu. Tapi inilah cinta dan persaudaran. Salman melapangkan dadanya untuk berkata dengan ikhlas “Allahu Akbar , semua mahar dan nafkah yang aku persiapkan ini akan kuserahkan kepada Abu Darda dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian.”
Begitu indah kata-kata itu ketika keluar dari mulut Salman. Begitu ikhlas ia katakan walaupun dalam batinya pasti terkoyak. Dari Salman aku sadar cinta memang tak harus memiliki dan sejatinya kita memang tak pernah memiliki apapun dalam kehidupan ini. Salman telah mengajarkan aku tentang meraih kesadaran tinggi di tengah perasaan yang berkecamuk rumit, malu, kecewa, sedih, sakit, merasa dikhianati. Salman mengajarkan aku tentang sebuah kesadaran yang kadang harus dimunculkan ketika sedang berada dalam situasi yang tak mudah.
Dari Salman aku belajar ikhlas yang sesunguhnya. Ikhlas seperti surat Al-Ikhlas yang tidak menyebut kata ikhlas dalam baitnya. Aku sadar dunia ini berputar dan akan terus begitu sampai Tuhan bilang cukup. Begitu juga dengan kehidupanku semuanya akan berputar dengan pergi dan datangnya orang baru. Semuanya kejadian akan memberi pelajaran yang menarik untuk diambil hikmahnya.
Tuan,  jika memang gadis itu baik untukmu akan kupersilahkan dia untuk mendampingimu. Dan atas izin Allah, kelak aku akan menemukan seseorang yang jauh lebih baik darimu. Tuan aku tidak berharap apapun, aku hanya titip pesan jangan lupa makan dan hilangkan sedikit kebiasaan begadangmu itu. Selamat siang Tuan.

Hana Larasati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar