Hai Tuan, kali ini akan ku
ceritakan kisah tentang sahabat Rasulullah, Salman al Farisi. Aku harap kau mau
membacanya hingga selesai, jikalau tidak kau boleh menutupnya saat kau baca
paragraf pertama. Kali ini temanya masih sama, soal merelakan dan
mengikhlaskan. Kamu tentunya sudah tau merelakan dan mengikhlaskan bukanlah hal
yang mudah. Merelakan yang pernah ada menjadi tidak ada adalah sesuatu yang
sangat rumit untuk dijabarkan.
Aku selalu suka membaca kisah-kisah
jalan cinta para pejuang, dari novel Salim al filah. Semuanya begitu menyentuh.
Itulah cinta sejati, mereka berkorban atau mempersilahkan. Semua yang mereka
lakukan hanya karena mereka percaya bahwa Allah selalu bersama mereka, dan
Allah akan memberi petunjuk.
Aku tau perasaan Salman saat gadis
yang Ia lamar malah memilih pengantarnya Abu darda, untuk menjadi suaminya. Aku
tau dalam hati Salman pasti berkecamuk parasaan, sakit, kecewa, merasa
dikhianati, malu, dan tentunya sedih. Kenapa aku bisa tau? Kerena itu yang aku
rasakan ketika kamu memilih perempuan itu. Tapi inilah cinta dan persaudaran.
Salman melapangkan dadanya untuk berkata dengan ikhlas “Allahu Akbar , semua
mahar dan nafkah yang aku persiapkan ini akan kuserahkan kepada Abu Darda dan
aku akan menjadi saksi pernikahan kalian.”
Begitu indah kata-kata itu ketika
keluar dari mulut Salman. Begitu ikhlas ia katakan walaupun dalam batinya pasti
terkoyak. Dari Salman aku sadar cinta memang tak harus memiliki dan sejatinya kita
memang tak pernah memiliki apapun dalam kehidupan ini. Salman telah mengajarkan
aku tentang meraih kesadaran tinggi di tengah perasaan yang berkecamuk rumit,
malu, kecewa, sedih, sakit, merasa dikhianati. Salman mengajarkan aku tentang
sebuah kesadaran yang kadang harus dimunculkan ketika sedang berada dalam
situasi yang tak mudah.
Dari Salman aku belajar ikhlas yang
sesunguhnya. Ikhlas seperti surat Al-Ikhlas yang tidak menyebut kata ikhlas
dalam baitnya. Aku sadar dunia ini berputar dan akan terus begitu sampai Tuhan
bilang cukup. Begitu juga dengan kehidupanku semuanya akan berputar dengan
pergi dan datangnya orang baru. Semuanya kejadian akan memberi pelajaran yang
menarik untuk diambil hikmahnya.
Tuan, jika memang gadis itu baik untukmu akan kupersilahkan
dia untuk mendampingimu. Dan atas izin Allah, kelak aku akan menemukan
seseorang yang jauh lebih baik darimu. Tuan aku tidak berharap apapun, aku
hanya titip pesan jangan lupa makan dan hilangkan sedikit kebiasaan begadangmu
itu. Selamat siang Tuan.
Hana Larasati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar