Air mata ini
tiba-tiba terjatuh. Perasaan ku pun mulai berkecamuk rumit. Hati wanita mana
yang tidak sakit, ketika dia tau kecintaanya mendua? Ya Rabb.. jujur aku tidak
ingin menjadi serapuh sekarang. Aku malu terus-terusan mengeluh kepada-Mu,
sedangkan nikmat yang Kau berikan melimpah ruah untuk ku.
Ya Rabb jika
boleh aku bertanya, apakah untuk menjadi kuat seorang hamba harus merasakan
sakit? Atau apakah ini hukuman kerena aku salah, telah memberikan hati kepada
yang belum berhak menerimanya? Aku tidak pernah membayangkan rasanya akan
sesakit ini. Kenapa bisa orang yang sudah membahagiankan aku tega membuatku
sakit separah ini.
Mungkin kasus ini sudah cukup lama,
sekitar 5 bulan yang lalu. Tapi bagiku
ini seperti baru kemarin. Bukan karena aku tidak bisa memaafkan, sejak pertama
dia mengaku mempunyai selir dihatinya aku sudah melapangkan dadaku untuk
memaafkannya. Tapi jujur Ya Rabb aku belum bisa mengikhlaskan kejadian ini, dan
Engkau pun tau mengikhlaskan itu bukan suatu perkara yang mudah. Mengikhlaskan
itu sesuatu yang sangat rumit. Ya Rabb, apakan setiap laki-laki selalu menodai
cinta suci kekasihnya? Apakah hati mereka selalu bercabang? Lantas apa gunanya
janji-janji itu?
Dulu aku selalu berpikir bahwa
dialah calon imam yang baik dimasa depanku kelak. Aku selalu yakin dia adalah
pengarah jalan yang tepat. Pembimbingku ketika aku berbuat kesalahan. Sebelum
akhirnya dia menghancurkan hatiku dengan sangat parah, bahkan aku ragu apa
masih bisa berfungsi jika sudah luka separah ini.
Ya Rabb, apakah semua kejadian ini
adalah bukti tanda sayang-Mu kepada ku? Apa ini cara-Mu menunjukan suatu
kebenaran yang akan berujung baik dikemudian harinya untuk ku? Jika iya,
lapangkanlah hatiku untuk selalu percaya bahwa rencana-Mu lebih baik dari
anganku. Teguhkanlah hatiku untuk selalu ber-husnuzan kepada-Mu. Hilangkanlah
perasaan iri, dengki, dendam. Dan kirimkanlah untukku penganti yang lebih baik
daripada dia.
Ya Rabb.. hanya itu yang bisa aku
tulis untuk saat ini. Semoga aku menjadi seorang hamba yang tegar, ikhlas, dan
pemaaf. Aamiin.
Hana Larasati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar