Rabu, 20 April 2016

Move On.

Move on. Bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Terserah mau bagaimana mengawalinya. Entah dengan tangis yang masih terisak atau luka yang berdarah dimana-mana.

Hakikatnya manusia itu pasti berpindah. Tidak bisa menetap. Seperti kita tidak bisa terus menuntut semi padahal salju sudah menanti. Karena waktu tidak abadi.

Jarum jam terus bergerak. Setiap harinya pasti ada orang yang datang dan pergi. Tinggal bagaimana kita menyikapinya entah sebagai luka atau sebagai pelajaran hidup. Semuanya tergantung pada kita.

Ingin memeliharanya sebagai kenangan buruk atau mengenangnya sebagai pelajaran hidup yang membuat kita kuat dan sangup berdiri tegak. Itu semua pilihan.

Aku bukan manusia yang tanpa cacat. Pernah aku mencintai seorang laki-laki yang aku rasa dia yang paling sempurna di dunia. Hingga akhirnya Tuhan cemburu dan menariknya dari hidupku sehingga membuat hatiku koyak tanpa sisa.

Sempat aku menangis dan menyalahkan semua yang ada. Aku menyalahkan perempuan yang masuk di hidupnya. Sangking depresinya aku pernah sakit hingga harus minum obat 1 bulan lamanya.

Tapi Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kapasitas hamba-Nya. Allah mengirimkan mereka dalam hidup dan kehidupanku. Sahabat yang selalu memberi motivasi dan energi untuk melanjutkan hidup yang baru.

Aku ingat ketika salah satu dari mereka datang kerumah dan mengajakku pergi. Saat itu mataku masih merah, dan tangisku masih terisak. Dia mendandaniku dan mengajaku kesuatu tempat yang merubah duniaku.

Di pelataran tempat itu kita sedikit bercengkrama. Terpaan angin yang sepoi-sepoi dan pemandangan yang asri semakin menambah betah aku di sini. Dia berkata padaku.

"Hana, tau gak kenapa Ayu ajak kesini?"

"Gak tau."

"Cuma mau kasih tau masih banyak laki-laki baik di sini. Tapi kita juga harus tau kalau yang baik itu pasti jodohnya sama yang baik."

Dari situ aku mulai menata hidupku yang baru. Mulai menyusunnya satu persatu. Move itu tidak akan menjadi sulit jika ada kemauan yang kuat untuk beranjak.

Allah memberikan kesempatan kita hidup, bukan hanyan untuk di ratapi dan di hiasi dengan air mata. Tujuan Allah menciptakan manusia di bumi adalah untuk menjadi seorang khalifah atau pemimpin.

Pemimpin sendiri tidak hanya di artikan sebagai pemimpin suatu negara atau wilayah saja. Tapi pemimpin bisa diartikan sebagai pemimpin dari setiap hawa nafsu yang ada di diri sendiri. Bukankah orang yang kuat adalah orang yang mampu mengalahkan hawa nafsunya. say no to galau.

Jangan sia-siakan hidup yang sudah Allah berikan untuk kita. Setiap hal yang Allah gariskan pasti ada maksudnya. Ingatlah apa-apa yang sudah melewatkanmu itu bukan takdirmu. Dan apa-apa yang menjadi takdirmu pasti tidak akan melewatkanmu.

Ayo angkat kepala, hapus air mata dan ikhlaskanlah. Kamu pasti baik-baik saja, karena Allah selalu menjaga hambaNya. Balas dendam terbaik adalah dengan menunjukan bahwa hidupmu baik-baik saja dan sempurna.

-Hana Larasati




1 komentar: