Sabtu, 09 April 2016

Untuk Bidadari Bersayap Patah

Selamat pagi perempuan yang aku tidak kenal bagaimana sifatnya. Apa air mata mu masih berlinang pagi ini?

Aku maklumi jika kau menemuiku dengan lahar api, karena aku telah merampas sebab kebahagian di hidupmu.

Em... koreksi aku bukan merampasnya tapi aku memaksa mu untuk berbagi denganku. Dan apa pun yang di paksa akan menyebabkan luka. Aku paham itu.

Bagaimana kabar lukamu? Masihkah menganga di hatimu. Mungkin sekarang, ia telah menjadi jurang kebencian yang entah dimana ujungnya.

Maafkan aku. Tapi kau pun tau perasaan tidak dapat di cegah keberadaannya. Apa jadi salahku jika dia mencintaiku saat dia masih bersamamu?

Aku sempat mencegahnya, tapi lama kelamaan parit hati pun runtuh dengan debit air cinta yang sedemikian deras. Apa lagi jika itu setiap hari.

Apa masih jadi salahku jika aku pun mulai mencintainya? Sudah hapus air matamu. Percuma kau terisak-isak di sana, karena di sini dia sedang tertawa bahagia bersamaku.

Sudah jangan menangis lagi. Apa kau pikir aku mau jadi seperti ini? Yang bahagia setelah merusak kebahagiaan orang lain. Sekarang mulailah untuk mengikhlaskan merpatimu pergi. Toh tidak semua yang kau percaya akan setia kan?

Semoga di sana kau menemukan kebahagianmu. Seperti aku yang bahagia di sini.

Dari perempuan perampas kebahagianmu.

Inspire by Surga Yang Tak Dirindukan.

-Hana Larasati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar