Senin, 22 Februari 2016

Keraton II

Teurai jilbab panjang dari kepala hinga dada. Riasan wajah sederhana tapi tetap manis di pandang mata. Diamku bukan diam tanpa perjuangan.

"Gin, lu sehat?" Kata temanku sambil melihat ku dari ujung kepala hingga kaki.

"Sehat Nda."

"Lu kenapa?" Kata nya yang sekarang menatapku sambil memegang lenganku.

"Gua mau hijrah.. wanita yang baik kan buat laki-laki yang baik Nda. Gua mau jadi wanita baik-baik."

"Gua tau nih arahnya kemana. Jangan bilang lu lagi ngincer Malik ya makanya jadi begini."

"Ah.. enggak." Padahal dalam hatiku berkata "Ini orang keturunan limbad apa. Bisa aja baca pikiran orang."

Aku pun mulai melangkah menuju masjid tempat biasa Malik solat. Aku duduk di bangku taman sekitaran masjid. Pikirku aku ingin Malik melihat perubahanku.

Lama aku tunggu dia. Dari mulai adzan zuhur sampai sekarang sudah mendekati adzan ashar.

"Duh Malik mana ya." Bisik ku kecil.

"Assalamualaikum Gin." Kata suara yang sudah aku kenal baik.

"Waalaikumsalam Lik." Kata ku sedikit gugup.

"Nunggu siapa?"

"Dinda, Lik."

"Loh Dinda bukannya udah pulang ya dari tadi?"

"Ah.. iyaa. Duh kenapa bisa lupa gini ya. Yaudah makasih Lik." Aku pun berlari pergi.

"Dasar bodoh." Umpatku dalam hati. Untuk berbohong saja aku tidak bakat. Tapi setidaknya Malik melihat penampilanku yang baru. Karena Malik aku menekatkan diri untuk menjadi wanita yang lebih baik. Bukankan yang baik untuk yang baik?

Pagi ini menjadi pagi pembuka yang indah. Langitnya terang, kicau burung pun mengikuti dengan riang. Aku masih memakai jilbab panjangku. Kali ini aku memilih warna hitam untuk jilbabku.

Sampai di kelas Dinda menatapku penuh arti. Matanya tak lepas dari mataku. Sepertinya dia mau mengatakan sesuatu yang penting.

"Gin.." katanya yang masih saja menatap mataku lekat.

"Kenapa lu?"

"Malik Gin.. dia udah mau ngelamar orang."
Hatiku remuk seketika. Lalu apa hasilnya lerjuanganku. Ya Allah bukan kah Kau bilang perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik? Lalu kenapa ketika aku menjadi baik, dia kau tarik dari kehidupanku? Tuhan apa ini yang Kau bilang janji Mu?

-Hana Larasati

1 komentar:

  1. Mbak hana kalau kata jilbap diganti kerudung gimana mbak? biar yang baca bisa sekalian tahu perbedaan jilbap dan kerudung. Tulisannya ngarti banget mbak walau nggak di jelasin.

    BalasHapus