Minggu, 22 Mei 2016

Luka Dari Sahabat

Entah bagaimana aku menceritakannya. Kepalaku serasa penat di hantam kenyataan. Sudah tak terhitung air mata keberapa malam ini yang jatuh.

Awalnya kita bercengkrama seperti biasa. Kau membuat lelucon yang selalu sukses menghiburku. Hingga akhirnya kau bercerita bahwa kau terkena suatu penyakit yang berbahaya.

Aku kira itu hanya kegilaanmu semata. Aku hanya menanggapinya dengan santai. Sampai akhirnya kau benar-benar serius dengan ucapanmu. Aku hanya terdiam menatap layar handponeku. Mengabaikan semua notifikasi yang masuk.

Kini terkuak semua maksudmu selama 3 tahun ini. Kau hanya berpura-pura sehat padahal dalam ragamu tak kuat. Aku hanya terdiam menahan tangis.

Seketika otakku beku. Kau berada jauh puluhan kilo dari tempatku duduk. Di satu waktu yang sama aku ingin memelukmu dan menghajar segala kebodohanmu.

Kau selalu bilang tidak sudi melihat air mataku jatuh. Jadi kita membuat perjanjian yang tak terlulis bahwa jangan ada yang bersedih. Dan akhirnya aku tau makna kata ibuku tentang jangan membuat janji yang tak bisa di tepati.

Aku sedih saat ini. Teman ku yang sudah aku anggap seperti teman hidupku, sakit dan aku tak tau. Walaupun kau bilang tidak apa-apa tapi aku sangat cemas.

Kau tau? Betapa berharganya kau di mataku? Di hidupku. Kau adalah tempat mengadu di saat semua masalah menghantamku. Aku selalu kembali ke dekapanmu saat aku tak kuat mengahadapi sesuatu.

Kau itu pungung untuk menopangku, pundak untuk sandaranku dan tangan untuk mengengamku. Aku selalu bahagia saat di sisimu.

Ingatkah kau saat laki-laki itu mencampakkanku. Kau satu-satunya yang sudi mendengar tangisanku hingga tengah malam.

Kau adalah teman yang selalu menopangku, saat semua orang mengucilkan aku. Entah berapa banyak nyanyianmu yang kau kirim untuk menghiburku.

Kau salah satu, yang berharga di hidupku. Semoga kau selalu sehat dan menjaga kesehatanmu. Teman terbaik.

-Hana Larasati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar