Sabtu, 07 Mei 2016

Tahajud.

Malam ini aku mengadukan segala keluh kesah keadaan. Merapal doa dalam sujud panjang. Bercengkrama dengan Tuhan lewat tasbih dan dzikir.

Entah kenapa mataku selalu saja berair ketika menghadapNya. Ada saja penyesalan yang membuat aku memohon ampun padaNya.

Aku berbisik dengan pelan. Aku berbicara pada Tuhan.

"Allah, saat ini hambaMu sedang jatuh cinta pada makhlukMu. Orang itu tak mengenal hamba. Hamba pun jarang menyapanya. Hanya melihat dari kejauhan dan diam diam tersenyum. Hamba tau kalau ini salah. Maka lindungi hamba dari murkaMu Allah. Hamba memohon ampun padaMu."

Kata itu terucap saja dari mulutku. Bak anak kecil yang mengadukan kesalahannya pada ibunya. Berharap agar ibunya tak marah dengan apa yang di lakukannya.

Ketika selesai menunaikan solat. Aku pun berbalik dan melihat sesosok makhluk yang berdiri tepat di belakangku. Entah sejak kapan dia di situ.

"Sejak kapan?" Kataku padanya.

"Sejak tadi." Dia masih saja berdiri di pinggir pintu.

"Apa kamu mendengar semuanya?"

"Kurang lebih iya."

Deg. Jantungku langsung tak jelas iramanya. Aku menundukan pandanganku dan terdiam.

"Ada apa?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya malu. Pasti di matamu sekarang aku terlihat seperti anak kecil."

"Iya. Tapi aku suka. Aku suka kepada orang yang ketika jatuh cinta dia melibatkan Tuhan di dalamnya."

Wajahku pun bersemu merah jambu. Aku tidak tau apa aku harus senang atau sedih dengan keadaan ini.

Laki-laki itu menatap mataku dan aku hanya tertunduk. Dalam hatiku berkata -Allah orang yang aku adukan padaMu sekarang tepat di depanku. Ya Allah aku berlindung padaMu. Aamiin.

"Kamu selalu melakukan ini?" Dia bertanya padaku sembari duduk di musolah kecil dalam vila ini.

Anak kampus memang sedang mengadakan acara liburan semester. Beberapa kelas di gabung untuk mengakrabkan suasana. Kebetulan kelasnya dan kelasku satu acara.

"Iya." Kataku singkat sambil melipat mukena bekas solat.

"Bukannya tidak ada dosa jika meninggalkannya?"

"Tidak hanya sayang saja bila di tinggalkan."

"Kenapa?"

"Solat tahajud itu seperti anak panah. Yang melesat langsung ke tujuannya."

"Lalu apa tujuanmu? Cinta laki-laki itu?"

"Bukan. Ridho Tuhanku."

Dia hanya terdiam mendengarkan jawabanku.

"Kenapa kau tak meminta Tuhan agar menjadikan dia jodohmu?"

"Kita tidak boleh mengetag seseorang. Karena itu menutup jalan bagi orang yang lebih baik yang datangnya belakangan."

"Tapi bukannya doa itu menganulir takdir?"

"Iya benar tapi.. sudahlah toh buatku cinta itu reaksi bukan ekspektasi."

Dia pun terdiam menatapku. Lalu bangkit dari tempat duduknya.

"Mau kemana?"

"Mau ambil wudhu, terus solat supaya mendapat ridho Allah."

Aku hanya tersenyum dan bangkit. Meninggalkanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar