Kamis, 22 September 2016

Curahan Hati.

Aku selalu tersenyum jika resonasi kenangan itu tiba-tiba muncul. Walau hanya dengan senyuman dan tatapan hangat semuanya seolah berkontribusi untuk membuatku bahagia.

Ini adalah tulisannya. Tulisan laki-laki yang selalu aku sanjung namanya. Aku tidak menyangka, di balik tampang berandalannya dia juga suka menulis.

Mari sama-sama kita baca hasil karya tulisnya :

"Dia tidak suka rokok. Makanya, saat aku menjemput perempuan itu aku tidak menyentuh rokokku sama sekali.

Jadi, dengan debaran jantung yang iramanya berantakan, aku menunggu gadis yang aku cintai diam-diam selama tiga tahun di depan rumahnya.

Aku hanya bermodal parfum yang sering aku gunakan dan rambut yang aku rapikan lebih rapi dari biasanya.

Mobilku juga aku bersihkan sebersih mungkin. Tidak ada jersey futsal, tidak ada sepatu futsal, tidak berserakan handuk keringat habis futsal. Intinya, aku rasa, semua sempurna.

Aku sangat rapi. Mungkin, itu yang membuatnya terus menatapku dengan wajah keheranan. Aku tidak mengerti mengapa dia terus menatapku sedalam itu.

Dia masih terus menatapku bahkan hingga kami sampai di gedung bioskop. Tatapan itu terus berlanjut hingga kami masuk ke dalam teater bioskop. Dia terus menatapku hingga film diputar.

Apa mungkin dia sedang mengintrogasi senyumku yang setengah-setengah ini? Andai aku bisa jujur bahwa sore ini sungguh aku gerogi setengah mati.

Ada banyak kata-kata yang bersarang di kepalaku. Tapi, mulutku tidak bisa diajak kerja sama. Padahal, aku hanya ingin mengucapkan satu kalimat saja. Hari ini aku sungguh bahagia.

Aku tidak mengerti mengapa hari ini dia begitu cantik. Secantik ketika aku pertama kali bertemu dengannya dalam sebuah perpustakaan. Tempat yang aneh yang aku namakan keajaiban.

Dia adalah keajaibanku. Aku tidak peduli jika dia menganggap kencan ini adalah kutukan. Tapi, bagiku, ini adalah sebuah keajaiban.

Seandainya Tuhan mengizinkan, aku hanya ingin pertemuan kami tidak sebatas kencan. Mengapa? Aku tidak ingin kehilangan dia untuk yang kedua kalinya.

Entah bagimana perasaan dia. Aku juga tidak berani bertanya, karena aku yakin jawaban perempuan hanya akan membuatku semakin bertanya-tanya.

Jadi, yang bisa aku temukan dari dalam dirinya, dia tetap gadis yang sama seperti tiga tahun lalu. Manis, menggemaskan, serta memesona. Ah, aku jatuh cinta. 

Aku tidak mengerti mengapa aku sangat ingin membawa dia ke dalam pelukanku. Aku tidak mengerti mengapa setiap detik yang kami lewati sore ini terasa begitu menyenangkan.

Aku tidak mengerti mengapa aku melakukan ini semua. Padahal, aku sungguh tahu, mencintai gadis itu adalah hal yang sangat dibenci siapapun. Karena aku sadar banyak yang menginginkannya dan aku penyebab patah hati semua orang. Terutama sahabatku.

Demi Tuhan. Ini menyakitkan."

Posted by@DwitasariDwita at21:15 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar