Selasa, 13 September 2016

Idul Adha Tahun Lalu

Di bawah rimbunnya pohon yang memayungiku dari terik. Aku berkaca pada siang. Betapa lamanya perjalanan yang aku lalui ini.

Kau tau kan , selain menulis aku paling suka merenung. Saat ini, hal itu sedang ku lakukan. Dan dalam setiap renunganku aku selalu tersenyum. Entah untuk hal yang pahit atau manis.

Karena kau bilang, kita harus banyak bersyukur. Agar nikmat-Nya selalu di tambahkan.

Tak terasa ini sudah satu tahun semenjak aku di selamatkan olehmu. Tepat di hari raya idul adha tahun lalu. Kau datang kerumahku ketika mata ku sedang sangat sembab.

Saat itu kau tidak memelukku atau memujiku. Kau hanya berkata.

"Ikut gua yuk. Pakai gamis sama kaos kaki ya."

"Mau kemana?"

"Kampus gua."

Aku pun menurut. Kita pergi dengan sepeda motormu yang berwarna putih. Saat itu tampilanku jauh dari taqwa.

Sesampainya di kampusmu yang sangat teduh. Kau mengajakku duduk di sebuah pelataran. Kita sedikit bercengkrama.

"Hana tau gak kenapa ayu bawa ke sini?"

"Enggak."

"Cuma mau ngasih tau. Masih banyak laki-laki baik di sini." Katamu lembut. Sambil menoleh ke kerumunan para mahasiswa yang mengolah daging kurbannya.

Aku hanya tersenyum. Lalu kau berkata lagi.

"Tapi, yang baik harus di dapat dengan cara yang baik juga. Yang baik sama yang baik." Katamu.

Kemudian kau mengajakku untuk bergabung dengan mereka. Tapi aku sempat menolak.

"Kerudung gua gini yu."

"Gua bawa kerudung lagi. di dobel ya."

Aku selalu tersenyum jika mengingat kejadian itu. Tepat satu tahun yang lalu.
Ada lagi kejadian yang baru kemarin kita bahas.

Dulu aku belum terlalu peduli tentang foto yang tidak mengenakan hijab. Bagiku hijab ya di depan saja. Di foto kan gapapa. Tapi sahabatku yang satu itu selalu istiqomah untuk mengingatkan.

"Hana jilbabnya mana?"

Jujur aku sempat sebal haha. Banyak pertanyaan..

"Kenapa sih? Kan cuma di foto doang."

Tapi dia terus mengingatkan. Hingga akhirnya batu yang keras pun luluh karena air yang terus menjatuhinya.

Sampai pada suatu hari aku tau alasannya kenapa dia selalu mengingatkan.

"Ya sedih aja ngeliat orang yang deket sama kita terus masih foto kaya gitu. Gak pake kerudung. Kan itu aurat. "

Buatku sahabat bukan sekedar orang yang membenarkan kata-katamu. Bukan juga yang selalu memujimu.

Tapi sahabat orang yang mau membantumu keluar dari kubangan kesalahan. Menopangmu saat kau terjatuh dan menunjukan jalan yang benar kepadamu.

-Hana Larasati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar