Kamis, 08 September 2016

Perpisahan.

Pagi itu Niru datang dengan tergesah-gesah. Di tengah kepulan asap teh hangatku mukanya memerah dan penuh tanya.

"Assalamualaikum." Ucapnya.

"Waalaikumusalam."

Dia menatapku dingin.

"Ayo duduk. Kita nge-teh dulu."

"Iyah. Tidak usah repot-repot Han. Aku hanya sebentar."

"Aku yakin topik pembicaraanmu tidak akan sebentar."

Dia hanya diam. Wajahnya masih wajah bertanya-tanya.

Sambil aku menuangkan teh, dia memulai pembicaraan.

"Apa benar kamu dan Andro berpisah?" Katanya sambil mengigit bibir.

Aku mendongak dan menegakkan dudukku.

"Oh. Kabar itu, aku gak nyangka cepat sekali tersiar." Kataku sambil tersenyum.

"Jadi benar?"

"Iya."

"Apa salah Andro, Han."

"Tidak ada."

"Terus kenapa?"

Aku terdiam.

"Kamu punya yang lain? Apa Andro gak cukup Han. Dia itu sangat baik. Kamu tau itu. Dia itu selalu...."

"Berusaha bikin aku bahagia." Kataku memotong ucapannya.

"Iya."

"Memang karena ada yang lain aku pergi dari Andro."

Dia terbelalak

"Siapa? Bisa saja dia tidak lebih baik dari Andro."

"Dia sangat lebih baik dari Andro."

"Siapa?" Tuntutnya.

"Allah."

Dia terdiam.

"Terdengar idealis mungkin. Tapi ini menjadi pilihanku. "

"Hubungan kalian masih dalam batas wajar Han. Allah tidak akan marah."

"Wajar dalam sisi umumkan, dalam sisi kaidah agama bagaimana?"

"Kalian tidak bersentuhan."

"Apa ada yang bisa menjamin pikiran ku dan pikiran Andro tak mengelana. Karena bukan hanya jarak yang di jaga tapi jiwa juga. "

Dia diam.

"Demi Allah, aku sangat mencintai Andro. Tapi, aku sadar saat kita jatuh cinta. Kita di hadapkan oleh 2 pilihan. Penciptanya atau ciptaanNya."

"Tapi apa kamu tidak memikirkan bagaimana Andro? Saat ini Andro sangat kacau, Han."

"Aku juga. Wajar, ini adalah masa peralihan. Seiring berjalannya waktu, dia pasti akan tau dan berterima kasih karena aku telah memilih jalan ini. Dia laki-laki baik aku tidak ada bayangan dia akan melakukan hal yang bodoh."

"Kalau dia baik, kenapa kamu menyakitinya dengan pilihanmu?"

"Karena dia baik, jadi aku menjaganya. Kau tau, betapa pedihnya aku jika nanti Allah akan menyiksanya karena perlakuan kami."

"Aku selalu memikirkan itu. Kau tau ungkapan dari Hatim Al Asham beliau berkata 'Aku telah memperhatikan semua makhluk. Kudapati setiap orang memiliki kekasih, tapi jika sampai kuburnya kekasih itu meninggalkannya. Oleh karena itu, aku jadikan kekasihku amal-amal baikku. Agar dia di alam kubur bersamaku.'" Lanjutku.

"Han, apa kamu tidak menyesal?"

"Setiap insan akan di uji dengan sesuatu yang di cintai. Mungkin ini saatnya."

Dia tiba-tiba terdiam. Ekspresi wajahnya kaget. Aku pun heran dengan gesture tubuhnya.

"Ada apa?" Kataku sambil menoleh kebelakang.

Ku dapati sosok yang sangat aku kenal. Andro. Dia berdiri di halaman. Tampangnya masam, rambutnya yang sebahu biasanya tertata rapi kini berantakan.

Niru benar. Andro sangat kacau. Segera aku mengarahkan pandanganku ke Niru, dan Niru menatap ku dengan tatapan permohonan yang aku tau maksudnya.

Aku pun berjalan ke halaman. Menghampiri Andro yang berdiri terdiam di sana.

"Assalamualaikum." Sapaku.

Andro terdiam sesaat, sebelum akhirnya membalas salamku.

"Waalaikumusalam."

"Ikut gabung yuk di kantin, ada Niru."

"Gak usah."

"Yasudah, aku tidak memaksa." Kataku lembut.

Tapi dia masih diam. Di tengah tatapan kosongnya. Matanya mulai memerah dan berkaca-kaca.

"Ada apa Andro?"

"Tidak apa-apa!" Bentaknya.

Aku teresentak. Baru kali ini Andro membentakku. Dan di tengah para mahasiswa baru.

"Maafkan aku." Kataku bergetar.

Dia yang sadar dengan perlakuannya langsung ber-istighfar.

"Astagfirullah." Katanya. Sekarang matanya mulai mau dia alihkan ke arahku.

Aku yang masih kaget dan malu akhirnya memutar badan untuk pergi, karena semua tatapan mahasiswa baru tertuju padaku.

"Hana, aku tunggu jam 10: 00 di rooftop."

Aku tetap berjalan. Terlihat gurat penyesalan di wajah manisnya saat itu.

"Hana." Dia berlari mengejarku. Tapi aku teruskan langkahku.

"Maafkan aku." Katanya. Aku pun berhenti.

"Iyah." Kataku sambil memberikan segulum senyum.

"Andro, ayo kita bicara." Lanjutku.

Dia hanya diam. Kemudian dia berkata.

"Aku masih harus mengurusi mahasiswa baru, Han. Kalau jam 10:00 in shaa Allah aku bisa. "

"Iyah." Kataku.

Tepat jam 10:00 kita bertemu di rooftop. Andro mulai sedikit terlihat rapi. Kita tidak berdua, ada Niru. Tapi dia memilih menunggu di tempat yang agak jauh. Katanya supaya aku dan Andro bisa bebas berbicara.

"Niru sudah memberitau semuanya." Kata Andro langsung.

"Baguslah dia sudah menceritakannya."

"Dia tidak bercerita, tapi memberikan rekaman percakapan kalian berdua tadi pagi." Kata Andro.

"Hahaha. Anak itu." Kata ku tertawa.

"Hana, aku pikir kamu pergi karena ada yang lain."

"Memang karena yang lain." Kataku tersenyum.

"Bukan, laki-laki lain maksudnya."

Aku hanya tertawa.

"Sekarang semuanya sudah jelas." Katanya lebih berseri.

"Syukurlah. Jangan jadi kacau. Aku tetap mau kau jadi Androku."

"Aku janji, aku juga akan berubah."

"Janji pada diri sendiri saja dulu."

"Aku sayang kamu karena Allah, Han."

"Bilang yang seperti itu nanti saja di depan bapakku." Kataku terkekeh.

Itu adalah percakapan terakhirku dengan Andromeda. Percakapan berdua lebih tepatnya.

Kita berdua sama-sama sepkat untuk memperbaiki diri. Dan semakin jarang bertemu (memang seharusnya begitu.).

Andro sibuk dengan muridnya dan jadwal kuliahnya. Aku, aku sibuk mengurusi tulisan dan in shaa Allah buku yang mau terbit.

Andro sangat mendukungku dalam hal apa pun. Katanya selagi itu baik dan membuatku senang dia akan selalu mendukung.

Sempat aku bercerita tentang seseorang yang protes di blogku dan Andro selalu sigap mendengarkan. Walaupun aku tau dia tidak begitu suka, karena itu menyangkut masa lalu.

Andro selalu jadi pendengar yang baik, pemberi solusi yang emm... aku rasa lumayan lah ya. Dan penghibur yang sangat menyenangkan.

Dia selalu mengodaku saat aku mulai sebal jika sudah membahas masa lalu. Katanya muka ku lucu jika sudah begitu.

Kita sangat jarang bertengkar dan sangat sering tertawa. Entah untuk hal apa pun. Andro selalu bisa membuat semuannya baik.

Dan untuk kamu, yang bertanya-tanya Andromeda itu nama samaran (jelaslah).

-Hana Larasati


Tidak ada komentar:

Posting Komentar