Kamis, 25 Agustus 2016

Keriting Rambut

Assalamualayikum fajar. Hei, kau tau apa yang ku alami hari ini? Sangat mengesankan.

Pagi ini di bawah sinar hangatmu aku menjejakan kaki untuk berangkat ke kampus.

Aku melewati rute yang berbeda dari biasanya. Aku pikir aku bisa sampai lebih cepat. Tapi dugaanku sepertinya salah.

Kau tau kenapa? Rute yang aku pikir lancar tanpa ada halangan perbaikan jalan ternyanta mengalami masalah.

Dua truk tronton terguling di jalanan dan membuat macet yang sangat panjanggg. Kau tau? Aku baru beberapa kali melewati rute tersebut dan aku tidak tau jalan-jalan itu.😂

Supir angkotku memberhentikanku di sebuah puskesmas dan aku tidak tau itu di jalan mana dan seberapa jauh lagi untuk sampai pada tujuanku.

Beruntungnnya aku ada satu keluarga baik yang mau menolongku. Mereka terdiri dari ibu, dan dua orang anak. Satu anak laki-laki yang aku taksir umurnya sekitar 3 atau 4 tahun dan satu lagi anak perempuan sekitar 9 atau 10 tahun.

Keluarga itu aku tebak bukan berasal dari pulau jawa. Logat mereka yang membuat aku tau.

"Aduh parah sekali ini kita terjebak e. Hei mel ayo cepat kita jalan kaki saja ke sekolahmu." Ibu itu berbicara pada anak perempuannya yang sudah lengkap memakai atribut sekolah beserta rambut kerintingnnya yang dia gulung ketat.

Aku memperhatikan mereka saja dengan wajah bingung. Aku rasa ibu itu tau. Dia pun bertanya padaku.

"E kakak mau kemana?"

"Mau ke prumpung bu."

"Oh sama e saya juga."

"Boleh saya bareng ibu?" Kataku karena aku bingung daerah itu baru beberapa kali aku lewati.

"Iya, bareng saja. Tapi kita jalan kaki saja e. Tidak ada mobil. Macat."

"Iya." Kataku dengan senang hati dan aku pun mengikuti keluarga kecil itu.

"Tapi prumpung sedikit jauh e."

"Iya tidak apa-apa." Kataku percaya diri. Aku pikir "agak jauh" versi ibu itu dan aku sama. Ternyata... "agak jauh"nya ibu itu sama dengan jauh bangetnyaaaaa aku. 😂😂

Tapi namanya Indonesia, walaupun nyasar tetap berasa gak kesasar. Aku pun bercengkrama dengan anak perempuan ibu itu. Membunuh waktu dan menyamarkan rasa capek.

"Hei kamu, kelas berapa?" Kataku sambil mengandeng tangannya. Karena kita berjalan di pinggir jalan.

"Kelas empat kak."

"Kamu namanya siapa?"

"Amel kak. Kalau kakak?"

"Hana."

Kemudian aku yang penasaran pun bertanya pada ibu itu.

"Bu, ini dari kapan ya macetnya kaya gini?"

"Baru mulai semalam sih. Tapi yang besar itu sudah 2 hari e." Kata ibunya lugas.

"Sudah tau jalanya seperti ini e, masih saja memaksa. " Lanjut ibu itu.

Pikirku "Benar juga, hal nekat tanpa perhitungan hanya akan membawa kesia-siaan dan kerugian untuk diri sendiri dan orang lain."

Kau tau aku menyikapi ini bukan sebagai hal yang menyedihkan atau mengenaskan. Tapi lebih ke suatu hal yang mengesankan.

Banyak pelajaran yang aku terima hari ini. Salah satunya, aku menemukan ke ajaiban Indonesia lainnya yang tak di tulis di buku wonderful world. Yaitu keramahan, kepercayaan, dan ketulusan.

Jika mau berpikir negatif ibu itu, bisa saja tidak mempercayaiku. Secara aku orang yang baru dia kenal dan bukannya tidak mungkin aku membahayakan. Tapi ibu itu percaya padaku dan mau menolongku untuk sampai pada tujuanku.

Bisa juga sebaliknya, jika mau berpikiran negatif aku tidak akan meminta bantuan ibu itu. Bisa saja dia perampok atau pencopet. Tapi nyatanya aku percaya padanya. Mempercayakan tujuanku padanya.

Kau tau kenapa masing-masing kita bisa saling mempercayai? Karena kita lahir di Indonesia. Dimana kebudayaan, keramahannya sudah mendarah darah daging dan mengendap.

Kita bisa saling mempercayain tanpa takut menyakiti. Aku bangga aku Indonesia. Dan aku bangga mengnal sosok mama itu. Pround of you mama.

-Hana Larasati



Tidak ada komentar:

Posting Komentar