Rabu, 17 Agustus 2016

Senja dan Sahabat

Hai senja, hari ini kau tak mengeluarkan cahaya jingga mu. Yang kulihat hanya mendung. Kau murung?

Boleh aku bercerita lagi? Aku harap hempasan angin adalah bahasa mu untuk mengatakan "boleh".

Hari ini Indonesia merdeka, tapi hatiku masih saja terjajah. Dia duduk di sebelahku. Di tenggah hujan yang menguyur kota Bogor.

Kau tau senja, hari ini aku bahagia. Aku tertawa lepas bersamanya dan beberapa teman lamaku. Kita melakukan hal-hal yang gila.

Saling bercerita tentang masa lalu, bercanda dan tertawa. Rasanya, waktu ingin aku hentika saat itu juga.

Tapi seperti yang aku bilang di awal. Hatiku masih terjajah. Entah rasa dengki masih menjajah hatiku.

Dia yang tau bagaimana aku, tiba-tiba bertanya saat di atas motornya ketika mengantarku pulang.

"Ada yang mau di ceritain?"  Katanya.  Masih dengan nada yang lembut tak ubah, dari beberapa tahun yang lalu.

"Gak ada." Aku berbohong.

"Yakin? Cerita aja." Katanya.

"Iya."

"Gimana ya. Hana tuh gak ngerti sama hati. Gak munafik, gua suka jelek-jelekin dia, sebel sama dia terus ceritain ke lu dan temen-temen kita. Tapi, hati gak bisa benci. Demi Allah, hati gua selalu bilang 'enggak Han, dia baik. Jangan benci.' Jadi gua gak bisa sama sekali benci sama mereka. Kesel iya. Tapi demi Allah hati gua masih ngangep mereka orang baik."

Dia hanya terdiam di atas motornya yang mulai melaju dengan cepat karena hujan muali turun.

Karena hujan semakin deras dia mengajak aku untuk singah sebentar ke sebuah masjid.

"Hujannya deres gak keliatan." Katanya seraya mengehentikan motornya di parkiran masjid.

Aku hanya menganguk. Dia pun melipat jas hujan, dan berjalan ke dalam masjid. Aku mengikuti dari belakang.

"Oh iya, yang tadi." Katanya

"Kemarin gua habis kajian. Kata ustadnya 'kalau kita sukses jangan merasa sukses. Kalau kita gagal jangan merasa gagal.' "

"Ngerti gak maksudnya?"

Aku mengeleng.

"Jadi kalo kita sukses jangan merasa sukses, supaya enggak sombong. Kalau kita gagal jangan dirasa gagal nanti kita putus asa."

"Jadi kalo kita sakit hati jangam ngerasa sakit hati. Kalau kita sebel jangan ngerasa sebel."

Aku pun mengerti maksudnya. Aku hanya tersenyum.

"Iya Ay."

Kemudian matanya menatap hujan dari teras masjid. Hujan makin deras dan orang-orang semakin banyak yang berteduh.

"Hujan itu berkah." Katanya sambil tersenyum. Aku tau maksudnya.

"Berkah, jadi masjid ramai ya Ay." Kataku ikut tersenyum.

Intinya, Senja. Aku mendapat jawabanku. Aku tidak benci. Karena aku tidak bisa. Entahlah aku juga tidak tau.

Maaf jika hati masih belum bisa menerima mu secara utuh. Tapi demi Allah aku tidak membenci, aku juga tidak dengki. Hanya kau tau kita semua perlu waktu untuk intropeksi. Khusus untukku. Maafkan atas segala sikap ku.

-Hana Larasati


Tidak ada komentar:

Posting Komentar