Minggu, 14 Agustus 2016

Purnama

Purnama, kau bertanya kepadaku tempo itu. "Kau ini cantik, mengapa tetap memilih sendiri?"

Andai kau tau, sulitnya aku menjaga. Berlabel istiqomah yang hilang timbul karena iman yang belum kokoh.

Nelangsanya aku. Jika aku terjerumus lagi. Bukan, tidak ada maksud menghakimi. Hanya untuk diriku.

Purnama, temani aku malam ini. Bintang tidak datang. Entah kemana ia. Silahkan jika kau ingin bertanya lagi. Aku siap untuk menjawab.

"Sudahkah kau ajukan dia pada Tuhanmu?"

Jauh sebelum pertanyaanmu terucap. Aku sudah merapalnya dalam doaku. Lancangnya aku.

"Bisa kau deskripsikan dia padaku?"

Dengan senang hati kan ku ceritakan dia padamu. Dia itu, jika kau sangup memandangnnya akan meneduhkan mata dan hatimu.  Saat kau dengar dia berucap, kau akan rindu pada Rabbmu.

Jika kau lihat dia berjalan tak ada yang kau pikirkan selain ingin menjadi teman perjalanannya. Menuju surga tentunya.

"Siapa orangnnya?"

Maaf purnama. Untuk yang satu itu aku belum bisa mengatakannya. Karena tak ada satu nama pun yang sanggup aku ucap.

"Lantas, bagaimana bisa bercerita jika tak ada objeknya?"

Dia, adalah harapanku purnama. Yang selama ini aku doakan dengan serius dan sungguh.

Banyak laki-laki baik di sisi ku. Tapi aku tak tau yang mana. Tak ada satu pun nama yang bisa aku sebut sejauh ini ketika menghadapNya.

Hati masih belum bisa menentukan maunya. Jadi, selama ini aku hanya bisa berdoa. Meminta di kirimkan seseorang yang baik dalam pandanganNya.

Terlalu tinggikah doa ku?

Kenapa kau hanya tersenyum purnama. Tak ada pertanyaan lagi kah? Baiklah jika kau rasa cukup. Aku juga sudah mulai mengantuk. Sampai bertemu esok, purnama.

-Hana Larasati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar