Jumat, 11 Maret 2016

Cerita Seorang Kakek Tua

"Bukan bahagia yang membuat engkau bersyukur, tapi bersyukurlah yang membuat engkau akan bahagia."

Siang itu ketika aku sedang berjalan di bilangan Jakarta Selatan tepatnya di suatu perumahan elit Jakarta. Aku melihat ada seorang kakek-kakek tua yang membawa peralatan bersih-bersih.

Pakainya layak namun jauh dari kata indah. Umurnya aku taksir sekitar 70 tahun-an. Dia memakai baju biru yang sudah mulai pudar warnanya, celana hitam lusuh, sepatu yang sangat tua dan topi yang mulai robek-robek.

Ketika aku dan kakak ku lewat dia sedang duduk di pinggiran gerbang salah satu rumah besar yang ada di sana, sepertinya dia ingin makan siang. Kakak ku sendiri adalah tipe orang yang tidak tegaan. Dia selalu tidak tega melihat keadaan orang yang seperti itu.

Akhirnya kami pun melipir menghampiri kakek tua itu. Sangat mengenaskan, makan siang yang dia makan hanya sepotong roti harga seribuan yang  agak mulai berjamur dan bakwan goreng 2 buah. Miris sangat miris. Keadaannya dan tempat yang dia duduki sangat berbanding terbalik.

Ditengah-tengah rumah yang megah dan indah ini apa tidak ada yang terketuk pintu hatinya untuk sekedar memberi makan siang yang layak untuk kakek ini? Hanya makan siang. Kakak ku pun memberinya sedikit rezeki. Memang jauh dari kata cukup tapi setidaknya kami sudah memiliki niat untuk membantunya.

Yang membuatku salut. Di saat yang muda dan gagah memilih untuk mengemis kakek itu memilih bekerja walau hanya sebagai tukang sapu komplek, tapi menurutku derajatnya lebih tinggi dari seorang pengemis atau pengangguran yang menjadi sampah negara. Aku lebih respect pada kakek itu karena kakek itu tetap memilih bekerja keras  walaupun usianya sudah senja.

Untuk yang masih mengeluh tentang uang jajan, kendaraan yang ketingalan zaman, atau handphone yang jadul. Belajarlah untuk melihat ke bawah. Belajarlah untuk bersyukur. Belajarlah untuk lebih peka terhadap nikmat yang Allah kasih. Jangan hanya bersyukur dari hal yang besar saja, cobalah untuk mensyukuri yang kecil. Bisa berjalan dan bernafas pun adalah nikmat. Mulai belajarlah untuk mensyukuri yang kecil dan sederhana.

-Hana Larasati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar