Sabtu, 19 Maret 2016

Teman Perjalanan

Memaknai cinta bagai menyulam benang menuju surga. Awalnya melelahkan dan membosankan. Penuh dengan derai air mata dan kekecewaan. Tapi perjuangan itu dibayar lunas saat ini. Ketika tau apa maksud Sang Pemilik Hati.

Awalnya kita memulai cinta bukan karena Allah. Di usia yang terbilang masih sangat muda, nafsu dan egois yang membuat cinta kita bermula. Namun kita bisa mengakhirinya karena Allah.

Aku menamaimu sebagai teman perjalanan. Kita sempat berpisah. Kau meninggalkan aku karena satu alasan kuat yang tertancap di hatimu. Aku sempat menangis dan memohon agar kau memikirkan keputusanmu. Tapi kau tetap pada pendirianmu.

Aku ingat saat kau meninggalkanku. Kau bilang "Pacaran itu bukan suatu pilihan tapi kesalahan dan aku tidak ingin menjadi manusia yang selalu salah. Kita putus karena tidak ada pacaran dalam islam."

Awalnya aku meragukan kata-katamu. Kau pasti sama dengan laki-laki lainnya. Hanya memainkan janji sesuka lidahmu. Aku benar-benar khawatir kau akan sama seperti yang lainnya. Allah hanya kau jadikan alasan untuk mencari penganti.

Tapi seiring berjalannya waktu. Aku akhirnya melihat kesungguhan ucapanmu. Kau benar-benar menjaga hatimu, menahan pendanganmu, menjaga hawa nafsumu. Kau tidak mendekat dengan perempuan yang bukan mukhrimmu.

Kau adalah laki-laki yang tampan dengan perawakan tinggi tegap dan gagah. Kau juga tergolong pintar dan santun. Tutur katamu lembut tapi tegas. Kau selalu menjaga sikapmu tidak pernah ku dengar kau berkata kasar. Maka tak heran jika banyak wanita yang mengidam-idamkanmu. Tapi kau hanya diam dan bersikap sopan secukupnya kepada mereka.

Kau tau? Kau menunjukan sesuatu yang membuat tangisku reda seketika. Kekhawatiranku juga memudar. Aku pun memutuskan untuk bangkit dan berpikir kenapa harus ditangisi kalau bisa di perjuangkan. Bukannya laki-laki yang baik untuk pempuan yang baik?

Mulai saat itu aku pun berbenah diri. Aku menjadi perempuan yang lebih baik. Aku ulurkan jilbabku hingga dada. Aku perdalam ilmu agama. Aku lakukan apa yang menjadi ridho Tuhanku.

Seiring berjalannya waktu aku tau perubahan bukan di niatkan karena mengejar suatu hal. Tapi lebih kepada membuat Allah ridho dunia akhirat pada kita. 

Aku terus belajar dari saat itu. Bukan kau yang aku kejar, tapi Allah. Kamu bukan lagi prioritas untukku. Sekarang yang terpenting Allah ridho kepadaku.

Masalah kau akan jadi pendampingku atau tidak, biar Allah saja yang mengurus. Toh Dia pun tau, kau masih jadi tema yang selalu aku perbincangkan denganNya. Jika kau yang terbaik maka kita akan sama-sama membangun cinta sampai ke surga. Jika kau bukan yang terbaik maka akan ada yang lebih baik. Kita hanya bisa berencana tapi Allah yang menentukan hasil akhirnya.

Terima kasih teman perjalananku. Dari kau aku tau memaknai cinta di jalan yang benar.

-Hana Larasati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar