Kamis, 24 Maret 2016

Surat Untuk Mas Gagah dari Jogja

Semenjak di sapa, hayalan ini liar berkenala. Sadar diri. Itu yang sekiranya aku tanamkan dalam hati. 

Mencoba baik-baik saja di tengah perasaan  yang tidak bisa di bawa baik-baik saja bukan suatu perkara yang mudah.

Aku menamaimu Tuan singah. Berawal dari sapa yang tidak direncanakan. Kemudian berlanjut pada pembicaraan yang sederhana mungkin menurutmu buatmu, tapi sangat berarti untukku.

Tuan singah dengan tubuh gagah kini harus pergi melaksanakan tugasnya. Menangis? Ah sudahlah aku bukan lagi gadis ABG yang segalanya menjadi drama.

Itu pilihannya dan aku sebagai seorang sahabat harus mendukung keputusannya. Calon pilot dengan senyum teduh dan tutur kata ramah kini tak bisa lagi aku temui karena jarak yang membuat kita berpisah.

Sempat dia bertanya padaku. Sudikah aku menunggunya kembali. Pertanyaan itu ibarat candaan bagiku. Sebagian besar laki-laki hanya mengumbar janjinya dan kata manisnya lalu berlengang pergi.

Aku tidak menangapi serius kata-katanya. Walaupun sebenarnya aku ingin, hahah aku memang gadis yang munafik. Tapi jika dia benar dengan kata-katanya dia akan kembali dan menemuiku. Tidak hanya sendiri seperti biasa. Tapi dengan rombongan keluarga.

Bukan aku menutup hati pada siapa pun. Tapi aku hanya ingin satu langkah lebih taat. Bukannya cinta itu menjaga? Ini bukti cintaku padamu. Aku menjagamu bukan hanya di dunia tapi sampai di akhirat. Aku tidak ingin karena perasaanku kau terkena murka Tuhanku. Izinkan aku mencintaimu dengan caraku. Kalau pun kita di takdirkan satu, tidak akan ada yang membuat runtuh.

Sekarang kejar saja segala impian, cita-cita, dan segala hal yang ingin kau raih. Karena aku pun melakukan hal yang sama di sini. Jika suatu hari nanti bertemu, kita akan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnnya.

Sukses my capt. My bestfriend. 😊

-Hana Larasati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar