Rabu, 28 Desember 2016

Guratan Cinta Dalam Kumandang Adzan

Tepat pukul 04:05 suara penyerumu telah di perdengarkan. Jika aku tak bangkit, maka apa bedannya aku dengan kaum munafik dan para pengungkit.

Adzan itu adalah tanda bahwa kita harus istirahat, dan mulai merancang percakapan bersama Tuhan.
 
اَللهُ اَكْبَر

Nyaring kalimat itu dalam panggilanNya. Suatu kalimat persaksian bahwa tidak ada yang lebih besar dari Allah, bahkan semesta pun tunduk pada perintahNya.

أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّاللهُ

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Seketika hatiku bergetar. Apa itu sudah ku lakukan dengan benar? Berkelabat rasa Takut, malu, merasa bersalah saat persaksian itu di kumandangkan.

Tertarik semua bayangan, saat dengan tidak sengaja aku sering menduakanNya, padahal mulutku sering bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Dia.
 

 اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Terbayang sikap teduh sang Nabi. Bagaimana dia mengimami. Menyuruh kita memahami, bukan hanya mengikuti sugesti. Ah, Muhammadku bisakah aku bertemu denganmu. Sepersekian detik saja. Aku rindu, dan semoga engkau sudi menemui aku, umatmu.

            حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ

Marilah kita sholat. Dekatkan dirimu dalam taat. Menangislah dan berserah untuk imanmu yang harus maju.

               حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ

Saat Tuhan sudah berseru kemenangan hanya sebatas kening dan sajadah, masihkah engkau ingkar atas nikmatnya? Masihkah engkau menyerah dalam setiap ujiannya?

             اَللهُ اَكْبَر , اَللهُ اَكْبَر

Ya, Allah hanya Engkau yang pantas di sebut Maha Besar. Bukan sombongku yang membuat arsy marah hingga bergetar. Ampuni aku dan segala perilakuku.

                  لاَ إِلَهَ إِلاَّالله

Tiada Tuhan selainMu. Dalam hati aku berseru hanya Engkau Yang Maha Satu. Demi Allah, tidak ada selainMu. Maka lindungi hatiku dan diriku untuk selalu taat padaMu.

-Hana Larasati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar