Kamis, 22 Desember 2016

Hijrah.

Melihat barisan burung yang terbang beriringan, aku jadi terpikir tentang sesuatu yang pindah. Hijrah, mungkin itu sebutan yang biasa kita dengar.

Tapi, menurutku hijrah tidak sesimple itu penafsirannya. Hijrah tidak hanya pindah dari satu keadaan ke keadaan lain. Tidak hanya tentang dimana lagi kita akan tinggal, singgah atau bersama siapa kita sekarang.

Di dalam otakku hijrah bukan bergerak mendatar ke samping, namun dari bawah ke atas. Ke langit. Menuju tempat tertinggi.

Maka wajar adanya jika banyak yang terjatuh, takut ketinggian, diterpa angin, disapu hujan badai, atau dilenakan di awan-awan. Hijrah itu melangit. Berpindah dari tempat fana menuju keniscayaan Ars'y.

Bukan berjalan di tempat, bukan pula terbang. Tapi mendaki naik. Melalui tangga-tangga ujian. Semakin tinggi kita naik, semakin jauh dari tanah, seharusnya semakin kuat pegangan kita.

Hijrah bukan tentang hubungan kita pada manusia, tapi tentang hubungan kita dengan Rabb kita.

Memperbaiki diri bukan untuk siapa yang akan bersama kita. Tapi memperbaiki diri untuk Allah dan Rasul Nya.

Hijrah, bukan move on. Karena ini bukan tentang sakitnya hati ditinggal sang kekasih atau dikhianati keadaan.

Ini tentang kita, yang gemar zalim pada Rabb dan diri sendiri.

Ins : Abi

-Hana Larasati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar