Kamis, 29 Desember 2016

Mengakrabi Hampa dengan Aksara

Hanya suara detak jarum jam yang menemaniku malam ini. Aku merasa, suaranya lebih ramai dari biasanya atau mungkin hidupku yang terlalu sepi?

Sekarang sudah pukul 02:58 dan mataku masih saja terjaga. Akhir-akhir ini aku sering tidur larut. Aku tidak tau kenapa bisa begitu, yang aku tau kepala ku terasa berat. Seperti pengap, entah apa yang kupikirkan. 

Mereka bilang itu namanya hampa. Hampa? Apa benar itu yang ku rasakan? Tapi bagaimana hampa bisa begitu menyakitkan? Hampa harusnya berarti tidak ada apa-apa. Tidak ada apa-apa berarti tidak ada masalah. Termasuk rasa sakit.

Aku ingin sekali mengubah rutinitasku agar rasa hampa itu tidak lagi aku rasa. Tapi, bukannya mengubah rutinitas itu sama saja dengan menawar bumi agar berhenti mengelilingi matahari?

Sesaat aku menatap langit, lalu aku berpikir. Kadang-kadang langit bisa kelihatan seperti lembar kosong. Padahal sebenarnya tidak. Bintang-bintang kita tetap disana. Bumi hanya sedang berputar.

Aku menarik nafas panjang. Jika sudah begini, hal yang membuatku sedikit lega adalah melampiaskan semuannya dalam aksara.

Buatku, bermain dalam kata sama halnya dengan berimajinasi tapi kau memiliki bukti yang nyata.

Saat semua penat terjun dan dideskripsikan dengan sebebas-bebasnnya, aku benar-benar merasakan puas.

Menulis buatku tidak hanya menyalurkan aspirasi, tapi lebih kepada media untuk berbagi ilmu, nasihat, peringatan, pengalaman dan hal lain yang menakjubkan.

Setiap penulis punya gayanya masing-masing. Ada yang suka berprosa, puisi, diksi, fiksi dan yang lainnya.

Tulisannya adalah identitas dirinya. Bagaimana dia menyampaikan makna yang tidak bisa di ungkapkan kata. Mengajak mata berkelana dan membiarkan otak mencerna maknannya.

Bukan mimpiku awalnnya menjadi seorang penulis, tapi takdirku yang mengajakku berjalan untuk menjadi sang penyampai pesan.

Walaupun banyak yang mengatakan takdir di luar kenadali kita. Sama halnya dengan nasib yang tidak bisa di tentukan, tapi aku lebih tau diriku. Buatku, takdir ku hidup di dalam diri ku.

Tidak ada kekangan dalam menyampaikan tulisan. Kau bisa menjadikan siapa pun untuk masuk dalam ceritamu.

Sudah pukul 04:00 dan tulisanku pun sudah hampir jadi. Cerita ini tidak melulu soal hati, tapi lebih kepada kita yang harus mawasdiri.

-Hana Larasati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar