Jumat, 16 Desember 2016

Pengagumku Seorang Penulis

Malam hampir berganti dengan pagi. Di  temani secangkir kopi dan lagu Bon Jovi aku memikirkanmu tanpa henti. 

Rokok ku hampir habis di tangan, tapi banyanganmu semakin jelas di angan.

Hahaha, gadis bodoh yang waktu itu aku cela penampilannya. Bisa-bisannya dia menjadi penjajah separuh ruang di otakku.

Perempuan penggalau, yang hidupnya hanya tentang ratapan. Cengeng, gila pujian, dan setumpuk celaan pernah aku layangkan untukknya. Bisa-bisannya dia selalu jadi karena di setiap kenapa ku.

Jadi sekarang aku harus apa kawan? Kamu seolah-olah datang di hidupku hanya untuk menjatuhkan hatiku saja.

Aku tidak pernah tau, bahwa cinta itu akan seperti ini; menjadi resah yang paling rusuh dan singgah yang palingg sungguh.  Aku rasa hukum karma sedang berjalan di hidupku.

Ini semua berawal saat dia tersenyum padaku siang itu. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Tak ku sangka, senyumnnya manis juga.

Siang itu, dia bermain layar datarnya di depan perpustakaan. Kita (terpaksa) berpapasan karena kita satu jurusan.

Dia menatapku dengan mata polosnya. Aku pikir dia akan diam saja seperti biasannya. Ternyata dugaanku salah, dia tersenyum.

Gadis yang selama ini aku cela itu tersenyum, dan entah kenapa senyumnnya menuntutku untuk segera membalasnya.

Hah, aku rasa cukup untuk hari ini jika terus di lanjutkan hingga matahari terbit, tidak akan habis jika temaku tentangnnya.

Aku akan membuang rokokku, kau tidak suka rokok kan? Malam ini hanya satu batang. Itu pun gara-gara kau merasuk dalam hayalan. Selamat malam pagi.

*TO BE CONTINUE
*PART1
#30DWC Day 16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar